Liputan6.com, Jakarta BRI Super League 2025/2026 hadir dengan warna baru, terutama dari sisi kepelatihan. Musim ini, dominasi pelatih asing begitu terasa, dengan hanya satu dari 18 tim yang masih mempercayakan kursi pelatih kepada sosok lokal.
Satu-satunya pelatih Indonesia yang tersisa adalah Hendri Susilo, yang akan memimpin Malut United. Kepercayaan ini membuatnya jadi wajah lokal terakhir di tengah lautan pelatih mancanegara.
Pelatih-pelatih asing yang datang pun berasal dari berbagai penjuru dunia, mulai dari Eropa, Amerika Latin, hingga Asia Tenggara. Fenomena ini menandai pergeseran tren dalam kompetisi, di mana klub-klub tampaknya semakin percaya pada pengalaman dan pendekatan global.
Yang paling menonjol, empat pelatih asal Belanda akan ambil bagian musim ini. Gaya khas 'Total Football' ala Negeri Kincir Angin diprediksi bakal memberi warna tersendiri di lapangan hijau Tanah Air.
Dengan kehadiran nama-nama internasional ini, kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia tampaknya tak hanya akan sengit, tapi juga semakin menarik untuk disimak dari sisi taktik dan kualitas permainan.
Jan Olde Riekerink
Jan Olde Riekerink menjadi sorotan di BRI Liga 1 setelah sukses mengantar Dewa United finis sebagai runner-up musim lalu. Prestasi itu memastikan klub berjuluk Banten Warriors tampil di kompetisi antarklub Asia bersama Persib Bandung.
Pelatih asal Belanda ini bukan sosok baru dalam dunia sepak bola. Sebelum ke Indonesia, ia pernah menangani klub-klub top seperti FC Porto, Ajax, Galatasaray, serta Timnas China U-20. Pengalaman itulah yang membuat Dewa United percaya penuh padanya sejak musim 2023/2024.
Selama dua musim bersama Dewa United, Riekerink membukukan 36 kemenangan, 26 hasil imbang, dan 23 kekalahan. Capaian itu menjadi fondasi penting untuk ambisi lebih besar di musim 2025/2026.
Kini, Riekerink siap kembali memimpin Dewa United di BRI Super League dengan target lebih tinggi. Konsistensi dan pengalaman internasionalnya menjadi senjata utama dalam membangun kekuatan Banten Warriors.
Johnny Jansen
Bali United resmi mempercayakan tongkat kepelatihan kepada Johnny Jansen, pelatih asal Belanda berusia 50 tahun, untuk menggantikan Stefano Cugurra. Langkah ini menjadi bagian dari ambisi besar Serdadu Tridatu dalam perburuan gelar Liga 1 musim 2025/2026.
Meski belum memiliki koleksi trofi sebagai pelatih, Jansen tetap dipandang sebagai figur potensial berkat pengalaman melatih klub-klub seperti Heerenveen, Safa, dan PEC Zwolle. Latar belakangnya sebagai mantan pemain juga dinilai mampu menambah nuansa baru dalam strategi tim.
Penunjukan ini menunjukkan keseriusan manajemen Bali United untuk kembali bersaing di papan atas. Jansen diharapkan bisa menyuntikkan energi segar dan filosofi sepak bola Eropa yang sesuai dengan karakter tim.
Kini, publik menanti apakah sentuhan tangan dingin Jansen mampu mengantar Bali United kembali ke jalur juara, atau justru jadi tantangan berat dalam karier barunya di sepak bola Indonesia.
Jean-Paul van Gastel
Jean-Paul van Gastel dikenal sebagai sosok yang cukup dihormati di dunia sepak bola Belanda. Selama berkarier sebagai pemain, ia sempat memperkuat Feyenoord selama lima musim dan mencatatkan 25 gol dari 121 laga. Ia juga membantu klub meraih trofi Eredivisie dan Johan Cruyff Shield.
Setelah pensiun, Van Gastel beralih ke dunia kepelatihan sejak 2004. Ia memulai karier sebagai pelatih tim junior Willem II dan perlahan meniti jalan hingga kembali ke Feyenoord, kali ini sebagai asisten pelatih. Di sinilah ia berperan besar dalam masa keemasan klub, dengan koleksi tiga gelar utama dalam tiga musim.
Kariernya tidak terbatas di tanah kelahiran saja. Van Gastel sempat menangani Guangzhou City di Tiongkok, lalu NAC Breda, serta menjabat asisten pelatih di Beşiktaş, klub besar asal Turki. Pengalaman internasional ini memperkaya kapasitasnya sebagai pelatih modern.
Kini, ia siap memulai petualangan baru di Indonesia bersama PSIM Yogyakarta. Kehadiran Van Gastel tentu memberi harapan besar bagi klub untuk naik level, mengingat rekam jejaknya yang mentereng di level domestik dan internasional.
Peter de Roo
Peter de Roo kini memegang kendali di Persis Solo sebagai pelatih kepala. Pria asal Belanda berusia 55 tahun ini datang dengan segudang pengalaman, meski rekam jejaknya belum sepenuhnya mengilap.
Setelah pensiun sebagai pemain pada 2003, mantan gelandang BV Veendam dan SC Cambuur ini lebih banyak berkiprah di balik layar. Ia sempat menjabat direktur teknik di sejumlah organisasi, termasuk SC Cambuur, Football Queensland, FFA Centre of Excellence di A...