Liputan6.com, Jakarta Media Vietnam menilai Piala AFF U-23 2025 telah mengalami lonjakan kualitas dan gengsi. Menurut Thethaovanhoa.vn, ajang ini kini tak bisa lagi dipandang sebelah mata, bahkan dianggap sebagai “versi mini” dari Piala AFF yang sesungguhnya.
Turnamen ini awalnya hanya menjadi ajang pemanasan jelang SEA Games atau kualifikasi U-23 Asia. Namun kini, banyak negara menurunkan kekuatan terbaiknya, termasuk dengan pelatih asing dan pemain berdarah campuran.
Bukan hanya soal teknis, media Vietnam juga menyoroti antusiasme publik dan liputan media yang meningkat drastis. Bahkan, turnamen ini disiarkan langsung tidak hanya di Asia Tenggara, tapi juga di Korea Selatan.
Pertama Kali Ada Pelatih Asing Juara
Menurut laporan Thethaovanhoa.vn, final U-23 AFF 2025 antara Vietnam dan Indonesia juga akan menciptakan sejarah baru: Untuk pertama kalinya, gelar juara akan diraih oleh pelatih asing.
Di kubu Vietnam U-23 ada Kim Sang-sik, arsitek tim yang baru saja menjuarai AFF Cup 2024. Sementara Timnas Indonesia U-23 dipimpin oleh Gerald Vanenburg, mantan juara EURO 1988, yang kini memburu gelar pertamanya di Asia Tenggara.
Media Vietnam mencatat, sejak turnamen ini kembali digelar pada 2019, semua pelatih juara berasal dari Asia Tenggara. Nama-nama seperti Indra Sjafri (2019), Dinh The Nam (2022), dan Hoang Anh Tuan (2023) masuk dalam daftar itu. Tahun ini, tradisi itu akan berubah.
Pemain Berdarah Campuran dan Negara Kuda Hitam Muncul
Media Vietnam juga menyoroti kehadiran banyak pemain berdarah campuran, khususnya di skuad Filipina U-23. Ada delapan pemain yang tumbuh di negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Spanyol.
Nama-nama seperti Nicholas Guimaraes, Gavin Muens, Javier Mariona hingga Otu Banatao membawa warna baru. Mariona bahkan mencetak dua gol, salah satunya ke gawang Vietnam.
Indonesia pun tak kalah. Jens Raven, striker keturunan Belanda, jadi tumpuan utama dan sudah mencetak tujuh gol sebelum final. Ia bahkan berpeluang menjadi top skor turnamen.
Ketatnya Persaingan, Thailand dan Malaysia Terpuruk
Thethaovanhoa.vn menyebut salah satu bukti peningkatan kualitas kompetisi adalah bangkitnya tim-tim non-unggulan. Filipina U-23 yang sebelumnya tak pernah lolos grup, kali ini mampu menembus semifinal usai kalahkan Malaysia 2-0.
Filipina bahkan membuka skor lebih dulu saat melawan Vietnam di semifinal, menandakan bahwa celah kualitas antar negara kini makin tipis.
Sementara itu, Thailand U-23 dan Malaysia U-23 justru mengecewakan. Thailand terpaksa main bertahan saat lawan Indonesia, sesuatu yang dulu tak terbayangkan. Sedangkan Malaysia bahkan gagal lolos dari fase grup.