
PT MRT Jakarta (Perseroda) menggandeng PT Bumi Serpong Damai Tbk (Sinar Mas Land) untuk menjajaki kerjasama pengembangan rute baru.
Kedua pihak resmi menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) untuk proyek perpanjangan jalur MRT untuk rute North-South Line Extension dari Lebak Bulus menuju Serpong.
Direktur Utama MRT Jakarta, Tuhiyat, mengatakan bahwa kerja sama ini masih dalam tahap awal dan akan dimulai dengan kajian komprehensif.
“Ini adalah kajian awal antara kami, MRT Jakarta, B2B dengan PT Bumi Serpong Damai, dalam hal ini Sinar Mas Land. Kajian awal ini adalah kajian melingkupi yang pertama kita harus menentukan mengkaji terkait trase,” ujar Tuhiyat di Stasiun MRT Lebak Bulus, Kamis (28/7).
Tak hanya rute, kajian juga akan membahas model pendanaan. Berbeda dengan proyek sebelumnya yang dibiayai lewat pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA), proyek kali ini akan membuka peluang lebih besar bagi keterlibatan sektor swasta.
“Setelah selesai, kajian ini akan kami serahkan dan akan kami laporkan kepada pemerintah, baik itu pemerintah pusat, maupun masing-masing pemerintah daerah. Untuk apa? Ini adalah untuk mencari alternatif solusi yang terbaik bagi pemerintah menetapkan skema, trase dan transportasi publik,” katanya.
Tuhiyat juga menekankan pentingnya MRT sebagai solusi atas kemacetan kronis di Jakarta. Berdasarkan survei Bappenas, kerugian ekonomi akibat kemacetan bahkan mencapai Rp 100 triliun.
“Dan Rp 100 triliun kalau kita gunakan untuk infrastruktur itu sudah berapa,” tutupnya.
Dari sisi mitra, CEO Digital Tech Ecosystem & Development Sinar Mas Land, Irawan Harahap, melihat kehadiran jalur MRT ini sangat krusial bagi warga Tangerang dan sekitarnya yang setiap hari beraktivitas ke Jakarta.
“Kehadiran MRT North-South Line Extension akan menjadi solusi krusial untuk mengatasi masalah kemacetan,” kata Irawan.
Meski kerja sama sudah diteken, detail proyek seperti nilai investasi, jumlah stasiun, dan rute pasti masih dalam proses studi kelayakan atau feasibility study. Hal itu disampaikan oleh Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta, Farchad Mahfud.
“Kalau biaya jadwal dan sebagainya, saya kira untuk pembangunannya itu sendiri, justru harusnya itu akan menjadi keluaran dari studi ini. Kita baru mau memulai ini. Nah, harapannya dengan studi ini nanti kita akan bisa mendapatkan kira-kira gambarannya seperti apa? Nilainya berapa? Dan semua itu memerlukan kajian komprehensif,” kata Farchad.
Kajian tersebut ditargetkan rampung dalam waktu satu tahun. Namun, laporan awal diharapkan bisa keluar dalam 4 sampai 6 bulan ke depan untuk menjadi dasar presentasi kepada para calon investor.