
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat berupaya mengendalikan penderita virus imunodefisiensi manusia (HIV) atau Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) masih mengalami peningkatkan sejak Januari 2004 hingga Juni 2025 secara komulatif mencapai 1.444 kasus. Peningkatan tersebut, menyebabkan 8 meninggal dan Dinas Kesehatan terus perbanyak skrining hingga total sudah mencapai 169.196 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, peningkatan kasus virus imunodefisiensi manusia (HIV) sejak bulan Januari hingga Juni 2025 telah ada penambahan kasus setelah dilakukan skrening usia produktif risiko tinggi pada masyarakat. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan kepada 10.091 orang melalui skrening tercatat 83 orang positif salah satunya usia balita, menyebabkan 8 meninggal.
"Kasus HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya sejak Januari hingga Juni 2025 tercatat 8 orang meninggal, berdasarkan usia 1-10 tahun 1 kasus, 11-20 tahun 13 kasus, 21-30 tahun 46 kasus atau 54%, 31-40 tahun 18 kasus atau 22 persen, 41-50 tahun 3 kasus, 51-60 tahun 3 kasus. Namun, kasus paling banyak hubungan sejenis lelaki seks dengan lelaki (LSL) atau usia produktif dari kalangan pelajar, mahasiswa dan pekerja," katanya, Selasa (5/8/2025).
Ia mengatakan, kasus HIV/AIDS memang cenderung mengalami peningkatan cukup signifikan terjadi sejak 2022 tercatat 145 kasus, 2023 tercata 145 kasus, 2024 ada 169 kasus dan 2025 ada 83 kasus. Akan tetapi, kelompok risiko yang tertular HIV/AIDS antara lain lelaki seks dengan lelaki (LSL), waria, wanita pekerja seks (WPS) dan usia produktif rentan terpapar.
"Untuk kasus HIV/AIDS di Tasikmalaya yang terpapar paling tinggi di Kecamatan Cihideung 188 kasus, Tawang 186 kasus, Cipedes 146 kasus, Kawalu 99 kasus, Indihiang 82 kasus, Mangkubumi 79 kasus, Bungursari 73 kasus, Cibeureum 70 kasus, Tamansari 64 kasus, Purbaratu 46 kasus dan lainnya 411 kasus. Kelompok usia produktif sangat rentan hingga ditemukan usia balita terpapar HIV/AIDS ketika lahir dan Dinkes melakukan pengobatan gratis memberikan obat antiretroviral (ARV)," ujarnya.
Menurut Uus, peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi perhatian semua lantaran selama ini banyak usia produktif meningkat cukup signifikan dan berbagai upaya pencegahan masih terus dilakukan dengan memeriksa masyarakat berisiko tinggi termasuk ibu hamil, TB, IMS, LSL, WPS, Waria, penasun, WBP. Pemeriksaan yang terus dilakukan terhadal risiko tinggi jenis kelamin laki-laki tercatat 69 orang (85%) dan perempuan 14 atau (15%).
"Kami akan terus melakukan edukasi agar masyarakat dapat melakukan pemeriksaan karena penyakit tersebut rentan infeksi. Saya mengingatkan kasus HIV/AIDS dapat disembuhkan meski harus rajin berobat, dan tidak berpotensi menular melalui salaman, pelukan, berbagi alat makan, air ludah, keringat, pengguna alat toilet, tapi menular melalui cairan tubuh, darah, air susu ibu, sperma, vagina," pungkasnya.(H-1)