Jakarta (ANTARA) - Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) menilai target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah sebesar 5,4 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 cukup realistis untuk dicapai.
Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan proyeksi itu masih memungkinkan, terutama karena adanya efek perbandingan dari basis pertumbuhan yang rendah (low base effect) pada 2025.
"Saya rasa cukup memungkinkan mencapai angka itu (5,4 persen). Karena tahun depan itu kita jangan lupa ada efek tahun dasar yang rendah. Kan di awal tahun ini belanja pemerintah kontraksi, sehingga bahkan di kuartal pertama pun pertumbuhan ekonomi turun. Nah ini akan menjadi dasar yang rendah untuk perbandingan PDB year on year di tahun depan," ujar Helmi usai menghadiri konferensi pers Pemaparan Ekonomi & Kinerja Keuangan di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan pada 2026 diharapkan ada normalisasi belanja pemerintah yang sempat tersendat di awal 2025. Dengan belanja negara yang kembali pulih, momentum pertumbuhan di kuartal pertama tahun depan berpotensi lebih kuat.
Lebih lanjut, dalam paparannya Helmi menilai RAPBN 2026 kemungkinan bakal memberikan dorongan fiskal yang lebih besar dibanding tahun sebelumnya, meski dengan konsekuensi meningkatnya penerbitan surat utang negara (SUN).
Menurut dia, kapasitas belanja pemerintah diperkirakan sudah pulih pada 2026 karena birokrasi lebih siap, berbeda dengan hambatan yang terjadi pada 2025 karena adanya transisi pemerintahan.
“Penerbitan obligasi direncanakan meningkat 28 persen, namun kami menilai hal ini masih dapat dikelola dengan baik mengingat tren suku bunga yang lebih rendah pada tahun depan,” papar Helmi.
Adapun dalam RAPBN 2026, pemerintah menetapkan target pendapatan negara sebesar Rp3.147,7 triliun, belanja negara Rp3.786,5 triliun dengan defisit sebesar Rp638,8 triliun atau 2,48 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Kemudian asumsi makro RAPBN 2026 meliputi pertumbuhan ekonomi 5,4 persen, inflasi 2,5 persen, suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun sebesar 6,9 persen, nilai tukar Rp16.500 per dolar AS, dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar 70 dolar AS per barel.
Baca juga: Citi Indonesia revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI di 4,9 persen
Baca juga: Citi Indonesia proyeksi BI masih punya ruang untuk pangkas suku bunga
Baca juga: Citi Indonesia cetak laba bersih Rp1,3 triliun pada kuartal II 2025
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.