Liputan6.com, Jakarta Menjelang gelaran Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada, badan pembuat aturan sepak bola dunia, IFAB (International Football Association Board), tengah mempertimbangkan perubahan besar yang berpotensi mengguncang lanskap permainan.
Salah satu usulan paling kontroversial yang tengah dikaji adalah perluasan kewenangan VAR serta aturan baru soal penalti yang menuai reaksi keras dari para penggemar.
Menurut laporan The Times, IFAB tengah mengkaji kemungkinan memperluas cakupan intervensi VAR untuk mencakup keputusan berbasis fakta yang selama ini belum dijangkau teknologi, seperti koreksi pemberian sepak pojok yang salah hingga peninjauan kartu kuning kedua yang sebelumnya di luar wewenang VAR.
Hal ini dilatarbelakangi sejumlah insiden musim lalu, termasuk kartu merah yang diterima Declan Rice saat Arsenal menghadapi Brighton, yang tak bisa dikaji ulang meski kontroversial.
Aturan Penalti Juga Bisa Berubah
Selain VAR, IFAB juga tengah membahas usulan radikal terkait penalti. Dalam skema baru, jika penalti berhasil ditepis kiper, maka bola akan langsung dianggap mati dan tidak bisa dimanfaatkan kembali oleh pemain penyerang.
Artinya, tidak akan ada gol dari bola muntah setelah penalti gagal. Meski belum dipastikan kapan aturan ini diuji coba, wacana tersebut telah memicu gelombang kritik di media sosial.
Banyak suporter menganggap perubahan ini justru merusak esensi permainan. “Jika mereka ingin meninjau dua kartu kuning, logisnya tinjau keduanya, bukan hanya yang kedua,” tulis seorang warganet.
Yang lain menyindir dengan tajam, “Larangan tembakan lanjutan? Kenapa mereka begitu ngotot menghancurkan sepak bola?”
Manuver Hati-Hati IFAB
IFAB sendiri dikenal berhati-hati dalam melakukan perubahan besar dan kemungkinan baru akan mengambil keputusan final dalam pertemuan tahunan mereka pada Maret 2026. Namun, jika disahkan, aturan baru ini akan berlaku mulai 1 Juni 2026, tepat menjelang Piala Dunia.
Dengan respons publik yang cenderung negatif, tampaknya IFAB harus menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan inovasi dengan menjaga tradisi yang dicintai para penggemar sepak bola.
Sumber: The Times