Bandung (ANTARA) - Sepeda motor listrik karya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bernama EVITS dipamerkan dalam kegiatan Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025.
"EVITS ini merupakan pengembangan lanjutan dari GESITS, motor listrik generasi pertama ITS yang sudah dipasarkan sebelumnya," kata Team Support Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi (DIKST) ITS Nur Khamim pada gelaran KSTI 2025 di Sasana Budaya Ganesa, Bandung, Sabtu.
Nur menjelaskan motor listrik ini didesain ergonomis, memiliki akselerasi yang baik, dan siap bersaing di pasar otomotif nasional.
Baca juga: Petrokimia gandeng ITS terapkan SDGs lewat pengadaan motor EVITS
Secara rinci, Mahasiswa Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas ITS Vincentius Gusti Putu Agung Bagus Mahendra menjelaskan bahwa EVITS ini menggunakan sumber tenaga dua baterai lithium berkapasitas 60 volt.
Lebih lanjut, ia mengatakan motor listrik ini mampu menempuh kecepatan maksimal 55 kilometer per jam, dengan jarak tempuh hingga 110 kilometer.
Adapun Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada produk EVITS mencapai 60 persen, yang menunjukkan kemajuan signifikan dalam upaya mendukung kemandirian industri kendaraan listrik dalam negeri.
Terpisah, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menyoroti urgensi penguatan kapasitas teknologi dan talenta nasional sebagai fondasi transformasi menuju ekonomi berbasis pengetahuan.
Menurutnya, dengan potensi sumber daya alam strategis, Indonesia memiliki peluang besar untuk melakukan hilirisasi dan lompatan industrialisasi bernilai tambah tinggi.
"Penguasaan sains dan teknologi harus maksimal untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Para peneliti dan akademisi memiliki tugas mulia dalam memajukan industri dan menghasilkan SDM unggul," tutur Mendiktisaintek Brian Yuliarto.
Baca juga: ITS luncurkan sepeda motor listrik "EVITS"
Baca juga: Presiden coba sepeda motor listrik buatan ITS
KSTI 2025 dilaksanakan pada 7-9 Agustus 2025. Kegiatan ini mengundang lebih dari 350 pimpinan perguruan tinggi di Indonesia, serta 1.000 peneliti terbaik yang ada di Indonesia.
Konvensi ini menitikberatkan pada integrasi riset, pendidikan tinggi, dan industri dalam delapan sektor prioritas: pangan, energi, kesehatan, pertahanan, maritim, hilirisasi dan industrialisasi, digitalisasi (termasuk AI dan semikonduktor), serta material dan manufaktur maju.
Seluruh sektor tersebut dipilih berdasarkan kebutuhan strategis Indonesia menuju kemandirian teknologi dan peningkatan daya saing global.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.