Tokyo (ANTARA) - Jepang pada Kamis menyambut baik kesepakatan damai antara Hamas dan Israel yang diusulkan AS, menyebutnya sebagai sebuah langkah "signifikan" untuk mengakhiri konflik.
Jepang juga berjanji akan mengambil peran dalam pemulihan wilayah Palestina yang luluh lantak akibat perang.
Perdana Menteri Shigeru Ishiba pun menyanjung kepemimpinan "kuat" Trump dalam isu ini. Lewat unggahan di media sosial X, PM menuliskan: "Kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk segera memperbaiki situasi kemanusiaan, mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan dan solusi dua negara".
"Jepang akan terus memainkan peran yang proaktif," katanya.
Melalui platform Truth Social, Rabu (8/10), Trump mengumumkan bahwa Hamas-Israel telah menyetujui tahap pertama dari rencana 20 poin untuk mengakhiri konflik di Jalur Gaza, yang meliputi pembebasan seluruh sandera dan penarikan pasukan Israel ke "garis yang telah disepakati".
Disebutkan bahwa negosiasi di Mesir telah dimulai sejak Senin.
Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi saat konferensi pers, Kamis pagi, mengatakan kesepakatan Hamas-Israel merupakan "sebuah langkah awal signifikan menuju situasi yang damai dan untuk mewujudkan solusi dua negara".
Jubir pemerintah itu juga menyerukan agar "semua pihak menjalankan kesepakatan dengan setia dan konsisten", seraya menegaskan bahwa Jepang akan terus bekerja sama dengan mitra internasional untuk "segera memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza dan berkontribusi aktif pada upaya internasional untuk pemulihan dan rekonstruksi dini."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Takeshi Iwaya melalui pernyataan mengatakan "situasi tragis" di Jalur Gaza "harus segera disudahi", menyoroti banyaknya korban jiwa, termasuk warga sipil, dan krisis kemanusiaan parah yang terjadi setelah dua tahun perang.
Sumber Kementerian Luar Negeri menyebut bahwa Jepang dapat memainkan peran penting dalam rekonstruksi pascakonflik, menyebut area itu sebagai “spesialisasi” negara Asia tersebut.
Jepang, yang menganggap solusi dua negara sebagai satu-satunya jalan yang layak menuju perdamaian, belum bergabung dengan daftar panjang negara-negara Barat yang telah mengakui Negara Palestina, dalam upaya menekan Israel agar mengakhiri serangannya di Gaza.
Konflik saat ini berawal setelah kelompok perjuangan Palestina, Hamas, melancarkan serangan ke Israel pada Oktober 2023 dan menewaskan sekitar 1.200 orang.
Hamas juga menyandera ratusan orang lainnya, yang kemudian memicu serangan besar-besaran Israel, yang menewaskan lebih dari 67.000 orang di Gaza.
Hingga kini banyak warga Gaza yang menderita kelaparan.
Sumber: Kyodo-OANA
Baca juga: Jepang akan rawat warga Palestina yang terluka untuk pertama kalinya
Baca juga: Anwar: Malaysia-Jepang berencana bangun sekolah, rumah sakit di Gaza
Baca juga: PM Ishiba pertimbangkan beri bantuan medis di Jepang untuk warga Gaza
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.