Tangerang (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Asnawi Abdullah menyatakan bahwa Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dirancang untuk mengubah paradigma dari kuratif menjadi preventif dan promotif.
“Selama ini masyarakat baru datang ke fasilitas kesehatan ketika sudah sakit. Sekarang, kita dorong untuk datang saat masih sehat, agar bisa mengetahui ada atau tidaknya faktor risiko penyakit,” ujar Asnawi di sela-sela kick off CKG di Tangerang Selatan, Senin.
Menurut dia, melalui pendekatan promotif dan preventif ini masyarakat dapat mengetahui sejak dini kondisi kesehatannya dan segera mengendalikan faktor-faktor risiko yang berpotensi menimbulkan penyakit di masa mendatang.
Ia menjelaskan bahwa deteksi dini sangat penting untuk mencegah kondisi yang lebih parah.
Bila dalam pemeriksaan ditemukan gejala atau tanda-tanda penyakit tertentu, kata Asnawi, maka pasien akan segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut.
Baca juga: Kemenkes: Ada 13 pemeriksaan dalam CKG di sekolah
“Kalau ditemukan penyakit, tentu akan segera kita tindak lanjuti. Bisa dirujuk dari puskesmas ke rumah sakit agar mendapat penanganan lebih cepat dan tepat,” ujarnya.
Bagi kasus-kasus tertentu yang membutuhkan penanganan medis di rumah sakit, katanya, peserta didik bisa difasilitasi dengan pembiayaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Kalau perlu penanganan, akan dirujuk ke puskesmas. Kalau puskesmas merasa perlu dirujuk ke rumah sakit, itu akan dirujuk oleh puskesmasnya," katanya.
Pelayanan di puskesmas, kata Asnawi, bersifat gratis. Tapi, bila memerlukan tindakan di rumah sakit, maka dibutuhkan kepesertaan aktif BPJS Kesehatan.
"Itu kita dorong masyarakat untuk segera melunasi iuran BPJS Kesehatan agar terus aktif," katanya.
Baca juga: Mendikdasmen: CKG bantu deteksi pola konsumsi-kebugaran murid
Baca juga: PCO: CKG Sekolah tambah cakupan 16 juta penerima manfaat
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.