Liputan6.com, Jakarta Liverpool memasuki era baru di bawah Arne Slot. Setelah sukses merebut gelar Premier League musim lalu, The Reds tak lagi sekadar mengandalkan "heavy metal football" ala Jurgen Klopp.
Slot membawa pendekatan lebih terstruktur, dengan fokus pada penguasaan bola dan pola serangan terorganisir. Enam pemain baru telah direkrut untuk memperkuat skuad, termasuk Milos Kerkez dan Jeremie Frimpong yang langsung menjadi pilar utama.
Namun, perubahan taktik ini juga menimbulkan tantangan. Keseimbangan lini tengah dan kerentanan serangan balik menjadi pekerjaan rumah Slot. Lalu, bagaimana Wirtz dan Ekitike mengubah dinamik serangan Liverpool?
Evolusi Fase Build-Up Liverpool di Bawah Slot
Liverpool perlahan meninggalkan gaya build-up langsung ala Klopp. Di bawah Slot, Van Dijk dan bek tengah kini lebih sering memainkan umpan pendek ke Ryan Gravenberch sebagai single pivot.
Pola 3-1 menjadi favorit, dengan Andrew Robertson membentuk back three saat serangan. Namun, kedatangan Kerkez dan Frimpong mengubah pendekatan ini. Dalam laga uji coba melawan Athletic Club, Gravenberch justru sering turun ke antara bek tengah.
Perubahan ini memungkinkan kedua full-back mengambil posisi lebih tinggi. Frimpong kerap menyempil ke area dalam, sementara Kerkez tetap lebar. Hasilnya, sirkulasi bola lebih cepat dengan variasi passing angle yang beragam.
Slot tampaknya ingin Liverpool lebih fleksibel dalam membangun serangan. Meski belum sempurna, tweak kecil ini bisa jadi senjata ampuh menghadapi pressing lawan.
Masalah Keseimbangan Lini Tengah dan Kerentanan Defensif
Musim lalu, trio Gravenberch-Mac Allister-Szoboszlai jadi tulang punggung Liverpool. Mereka solid baik dalam membangun serangan maupun memutus serangan balik lawan.
Kehadiran Florian Wirtz sebagai No.10 baru mengganggu keseimbangan ini. Contohnya saat Community Shield melawan Crystal Palace, dua gol Palace lahir dari lubang di lini tengah. Adam Wharton dengan mudah melewati pressing Wirtz-Szoboszlai sebelum mengirim bola ke Jean-Philippe Mateta.
Van Dijk juga tampak kurang nyaman dengan formasi back four yang masih dalam adaptasi. Garis pertahanan kerap tidak kompak, seperti terlihat pada posisi kedua gol Palace.
Slot butuh solusi cepat. Mac Allister, yang baru pulih dari cedera, diharapkan bisa mengembalikan stabilitas. Namun, ujian sesungguhnya akan datang saat Wirtz, Mac Allister, dan Gravenberch bermain bersama.
Wirtz-Ekitike, Dinamika Baru Serangan Liverpool
Kedatangan Wirtz dan Hugo Ekitike membawa angin segar untuk lini depan Liverpool. Duo ini menawarkan kreativitas dan finishing yang lebih tajam dibanding kombinasi Szoboszlai-Diaz musim lalu.
Wirtz langsung menjadi otak serangan dengan peran roaming playmaker. Dia sering bergerak ke kiri, menciptakan sinergi dengan Ekitike dan Cody Gakpo. Gol pertama Liverpool vs Palace adalah bukti chemistry mereka.
Namun, perubahan ini membuat Mohamed Salah sedikit terisolasi. Tanpa Trent Alexander-Arnold dan Szoboszlai di kanan, Frimpong masih perlu waktu untuk memahami pergerakan Salah.
Masalah lain adalah kedalaman skuad. Kepergian Diaz dan Darwin Nunez membuat opsi di bangku cadangan menipis. Liverpool dikabarkan masih memburu Alexander Isak, tetapi tanpa tambahan pemain, beban di lini depan bisa jadi terlalu berat.
Ancaman Serangan Balik dan Peran Full-Back Baru
Kerkez dan Frimpong adalah dua full-back paling ofensif di Eropa. Statistik menunjukkan, Frimpong termasuk top 1% pemain di kategori runs in behind dan cross receiver.
Slot memanfaatkan profil ini dengan pola underlapping run. Saat salah satu full-back tuck in, yang lainnya maju untuk memberi opsi passing. Contohnya saat Frimpong underlap Salah melawan Athlet...