Bondowoso (ANTARA) - Pergantian kepemimpinan nasional yang aman dan damai semakin meneguhkan keyakinan, sekaligus rasa kagum dari negara lain bahwa bangsa kita mampu menjaga stabilitas, di tengah guncangan politik yang tidak selalu landai.
Negara Indonesia, dengan kekayaan budaya dan bentangan geografis yang sangat luas menjadi contoh bagi dunia, karena perbedaan yang dimiliki tidak menimbulkan perpecahan, melainkan justru semakin menguatkan persatuan.
Hal yang menjadi titik tumpu dari perpecahan itu biasanya muncul ketika satu negara berganti pemimpin atau kepala negara.
Indonesia, dalam beberapa kali pemilihan umum (Pemilu), dengan sistem demokrasi, telah membuktikan solidnya jiwa persatuan, meskipun suasana politik sebelumnya sempat diwarnai riak-riak akibat kuatnya dukungan kepada calon presiden dan calon wakil presiden masing-masing.
"Pertarungan" politik antara Joko Widodo atau Jokowi, presiden ke -6 dan ke-7 Republik Indonesia, yang dua kali berhadapan dalam pilpres dengan Prabowo Subianto, menunjukkan bangsa kita lolos dari ujian persatuan.
Secara emosi, pertarungan itu hampir pasti membekaskan "luka" akibat gesekan, baik di pihak Jokowi dengan Prabowo, maupun antarpendukung kedua tokoh itu.
Fakta mengejutkan terjadi, ketika pada periode kedua kepemimpinan Jokowi, Prabowo bersedia bergabung dalam kabinet Indonesia Maju.
Perdamaian kedua tokoh itu kemudian berlanjut, ketika pada Pilpres 2024, Jokowi diganti oleh Prabowo yang berlangsung tanpa gejolak. Hasil Pilpres 2024 itu menjadi catatan sejarah indah, bahkan membuat dunia kagum. Kagum mengapa tidak ada dendam politik dari kedua tokoh berpengaruh itu.
Baca juga: Menjadi pahlawan pesta demokrasi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.