INFO NASIONAL - Sekolah Rakyat menjadi harapan baru bagi anak-anak dari keluarga miskin yang berpotensi putus sekolah atau sudah putus sekolah untuk kembali berjuang menggapai cita-citanya.
Harapan ini tergambar ketika Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul berdialog dengan para siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 34 Kabupaten Lebak, Banten, pada Jumat, 1 Agustus 2025. "Saya ingin anak-anakku ada yang angkat tangan, berdiri ke depan, sampaikan sesuatu, silahkan yang berani," kata Gus Ipul di hadapan 100 siswa SRMA 34 Lebak yang hadir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penuh percaya diri, seorang anak mengangkat tangannya. Dia adalah Komalasari, siswa tangguh dari Desa Pagelaran, Kecamatan Melimping, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Komalasari menyampaikan profilnya. Orang tuanya bernama Sadi yang bekerja sebagai buruh bangunan. Dengan penghasilan yang tidak menentu, dia berusaha memenuhi kebutuhan keluarga, namun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Komalasari adalah anak keempat dari enam bersaudara. Komalasari terpaksa putus sekolah selama satu tahun.
"Kenapa bisa putus sekolah, nak?" tanya Gus Ipul.
"Karena ketidakmampuan ekonomi dalam rumah tangga orang tua, pak," ujar Komala, sapaan akrabnya.
Komala bermimpi ingin menjadi anggota TNI. Cita-citanya itu sempat terkubur ketika tidak bisa melanjutkan sekolah. Kini, Sekolah Rakyat mengubah segalanya. Ada secercah harapan untuk kembali mewujudkan mimpinya.
"Coba dengar ini. Dia sudah putus sekolah setahun, dengan adanya Sekolah Rakyat ini, maka ada harapan baru," ujar Gus Ipul.
"Ada, untuk mencapai cita-cita. Demi membahagiakan orang tua," ucap Komala.
Cerita Komala menjadi bukti masih banyak anak-anak di Indonesia yang ingin bersekolah, namun tidak mempunyai kesempatan karena keterbatasan ekonomi keluarga. "Contoh orang semangat ini. Luar biasa, istimewa. Saya bangga dengan kamu Komala. Saya ingin kamu sukses beserta yang lain," kata Gus Ipul.
Komala mengucapkan terima kasih karena bisa melanjutkan sekolah di Sekolah Rakyat. "Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto yang telah mendirikan sekolah asrama untuk rakyat Indonesia yang tidak mampu," ucap Komala sambil tersenyum.
Pada kesempatan yang sama, cerita juga datang dari siswa bernama Hera. Jika Sekolah Rakyat tidak pernah ada, mungkin Hera tidak akan bisa melanjutkan pendidikannya. "Kalau tidak ada Sekolah Rakyat, mungkin saya tak bakal sekolah," ujarnya.
Sebelum mengetahui Sekolah Rakyat, Hera berniat bekerja untuk membantu keluarganya. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga. Penghasilan dari buruh tani kira-kira Rp 700 ribu per bulan untuk menghidupi 7 anggota keluarga.
"Apa harapanmu terhadap Sekolah Rakyat. Sampaikan saja apa adanya, keluarkan isi hatimu," ujar Gus Ipul.
"Harapan saya sebagai siswa dari Sekolah Rakyat, semoga semua yang masuk ke sini bisa menjadi orang sukses. Bisa tercapai harapan kita," kata Hera.
Untuk diketahui, pada Jumat, 1 Agustus 2025 terdapat tiga Sekolah Rakyat rintisan tambahan tahap 1b yang memulai Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Tiga sekolah itu terdapat di Kabupaten Lebak, Banten; Kabupaten Ponorogo dan Kota Pasuruan, Jawa Timur. Pekan depan, MPLS akan berlanjut di lima titik lainnya dan pada 15 Agustus 2025 di 29 titik. Dengan demikian, total ada 37 titik tambahan yang mulai beroperasi pada awal Agustus 2025, menyusul 63 titik sebelumnya sudah dibuka pada 14 Juli 2025.
Tak berhenti pada 100 Sekolah Rakyat rintisan yang sudah berjalan pada Juli dan Agustus 2025, pada September mendatang sebanyak 59 titik lain juga akan diluncurkan. Jumlah keseluruhan terdapat 159 sekolah rakyat yang sudah dan akan berjalan pada tahun ajaran 2025/2026. (*)