Jakarta (ANTARA) - Ginjal merupakan organ vital yang berperan penting dalam menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah. Namun, ketika fungsi ginjal terganggu, berbagai masalah kesehatan serius bisa muncul.
Penyakit ginjal sering kali berkembang secara perlahan dan tanpa gejala awal yang jelas, sehingga banyak orang tidak menyadari-nya hingga mencapai tahap kronis.
Di Indonesia, kasus gangguan ginjal terus meningkat setiap tahunnya, menjadikan pemahaman tentang penyakit ini semakin penting. Penyakit ginjal sendiri terdiri dari berbagai jenis dengan penyebab dan penanganan yang berbeda-beda.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai apa itu penyakit ginjal dan jenis-jenis yang umum terjadi, yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Baca juga: Tujuh penyebab gagal ginjal yang jarang diketahui
Mengenal penyakit ginjal
Penyakit ginjal merupakan salah satu gangguan kesehatan yang cukup sering terjadi dan perlu diwaspadai. Ginjal sendiri adalah sepasang organ kecil berbentuk menyerupai kacang merah, terletak di bagian belakang atas tubuh, tepatnya di bawah tulang rusuk kanan dan kiri.
Fungsi utama ginjal tidak hanya menyaring limbah sisa metabolisme tubuh, tetapi juga memproduksi beberapa zat penting. Salah satunya adalah renin, enzim yang berperan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal juga memproduksi eritropoetin, yaitu hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah.
Selain itu, ginjal membantu menjaga keseimbangan kadar garam dan mineral dalam tubuh serta mengaktifkan bentuk vitamin D yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang.
Ketika ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya, limbah metabolik akan menumpuk dalam tubuh dan memicu berbagai gejala, seperti pembengkakan di pergelangan kaki, mual hingga muntah, kesulitan bernapas, dan gangguan tidur.
Baca juga: Perbedaan batu ginjal dan batu empedu
Jenis-jenis penyakit ginjal
1. Gagal ginjal kronis
Gagal ginjal kronis merupakan kondisi saat fungsi ginjal menurun secara perlahan dalam jangka waktu panjang, umumnya berlangsung lebih dari tiga bulan. Penyebab utama dari kondisi ini antara lain tekanan darah tinggi, diabetes tipe 1 maupun tipe 2, penyakit auto-imun, serta infeksi yang menyerang ginjal.
2. Gagal ginjal akut
Berbeda dari gagal ginjal kronis yang berkembang perlahan, gagal ginjal akut terjadi secara mendadak dan cepat. Penurunan fungsi ginjal ini bisa dipicu oleh dehidrasi parah, cedera langsung pada ginjal, atau adanya sumbatan yang menyebabkan aliran urin terganggu dan kembali ke ginjal.
3. Penyakit ginjal polikistik
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan munculnya banyak kista berisi cairan di jaringan ginjal. Kondisi ini tergolong kelainan genetik yang dapat diturunkan dari orang tua ke anak. Seiring waktu, kista-kista ini bisa mengganggu fungsi ginjal secara keseluruhan.
4. Infeksi ginjal
Infeksi ginjal terjadi ketika ginjal terpapar bakteri, virus, atau jamur. Umumnya, infeksi ini bermula dari infeksi saluran kemih yang tidak diobati dan menyebar naik ke ginjal. Bila tidak ditangani dengan cepat, infeksi ginjal dapat menyebabkan komplikasi serius.
5. Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik ditandai dengan gejala seperti urin berbusa, pembengkakan, mual, muntah, hingga penurunan berat badan. Kondisi ini terjadi ketika ginjal mengalami kerusakan sehingga protein yang seharusnya tetap berada dalam darah malah bocor ke dalam urin.
Penyebabnya bisa beragam, termasuk infeksi, diabetes, hingga penyakit auto-imun seperti lupus. Pengobatan-nya disesuaikan dengan pemicu yang mendasari, misalnya dengan pemberian antibiotik untuk infeksi atau kortikosteroid untuk lupus.
6. Sindrom nefritik
Sindrom nefritik merupakan gangguan ginjal yang terjadi akibat peradangan pada glomerulus, bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah. Gejala awal biasanya berupa urin berwarna merah atau berdarah, demam, nyeri perut, serta pembengkakan di beberapa bagian tubuh.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi, gangguan auto-imun, atau faktor genetik. Penanganan-nya meliputi pemberian obat sesuai resep dokter, serta penerapan pola makan rendah kalium dan garam. Bila kerusakan ginjal sudah parah, prosedur cuci darah bisa menjadi langkah lanjutannya.
Baca juga: IDAI harap pemerintah gelar skrining dini penyakit ginjal anak
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.