Liputan6.com, Jakarta Ramai-ramai bahasan soal rokok elektronik atau vape usai negara tetangga Indonesia, Singapura bakal memperketat aturan vape. Terkait rokok elektronik, dokter Asmoko Resta Permana, SpJP(K) Subsp. Ped. PJB(K) menjelaskan bahwa berbagai penelitian menemukan zat berbahaya di dalam vape yang berpotensi mengganggu fungsi paru.
“Kalau rokok konvensional saja berbahaya, vape ini justru lebih berbahaya lagi. Kandungan zat kimianya banyak yang merusak paru,” kata Asmoko saat ditemui di Jakarta pertengahan pekan ini.
Efek jangka pendek dari vape pun dapat muncul, mulai dari cairan di paru, sesak napas, hingga batuk yang tidak kunjung reda. Sementara itu, jangka panjang vape yakni bisa memicu kanker.
Menurutnya, banyak orang salah kaprah menganggap vape lebih aman dibanding rokok biasa. Padahal, uap yang dihirup dari cairan vape justru mengandung bahan berbahaya yang lebih sulit terurai dalam tubuh.
"Anak muda yang kecanduan vape rentan mengalami penurunan fungsi paru di usia produktif. Kondisi ini tentu akan berdampak pada kualitas hidup mereka ke depan," tambahnya.
Peraturan Ketat di Singapura Bisa Jadi Contoh
Mengenai rencana PM Singapura Lawrence Wong bakal mempertegas aturan soal vape. Singapura bakal menyetarakan vape dengan narkoba.
Melihat rencana Singapura, Asmoko menilai langkah ini bisa menjadi contoh bagi negara lain, termasuk Indonesia, agar masyarakat lebih terlindungi dari bahaya rokok elektronik.
“Saya setuju kalau vape dibatasi, bahkan kalau bisa jangan ada sama sekali. Karena bahayanya lebih besar,” tegas Asmoko.
Menurut Asmoko, langkah Singapura ini patut dicontoh karena regulasi ketat terbukti mampu menekan angka penggunaan. Di Indonesia sendiri, vape masih mudah didapatkan, termasuk oleh anak di bawah umur.
"Tanpa regulasi yang jelas, generasi muda akan semakin mudah terpapar risiko kesehatan," tambahnya.
Pencegahan Generasi Muda agar Tak Jatuh dalam Vape
Asmoko menekankan bahwa pencegahan adalah kunci untuk melindungi anak muda dari bahaya vape.
“Kalau sudah kena penyakit, penyesalan selalu datang belakangan. Ada pasien saya yang masih muda, sakit karena vape, akhirnya meninggal dunia,” ungkapnya.
Menurutnya, orang tua dan sekolah perlu aktif memberikan edukasi agar anak-anak memahami risiko kesehatan yang mengintai. Selain itu, lingkungan juga memegang peran penting dalam membentuk gaya hidup sehat.
Remaja yang terbiasa berolahraga dan memiliki aktivitas positif akan lebih kecil kemungkinannya mencoba rokok elektrik.
“Kesehatan itu investasi. Jangan rusak paru-paru hanya karena ikut-ikutan tren,” katanya.
Pencegahan sejak dini diyakini dapat menciptakan generasi yang lebih sehat dan kuat di masa depan.