Contoh Nyata Kenapa AI Tidak Bisa Jadi Patokan Mutlak Diagnosis Penyakit

1 week ago 11
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam dunia medis semakin marak. Banyak aplikasi kesehatan berbasis AI menawarkan analisis cepat mengenai gejala hingga hasil laboratorium.

Namun, para dokter mengingatkan agar masyarakat tidak menjadikan AI sebagai patokan mutlak dalam diagnosis penyakit.

Kepala Kelompok Staf Medik Hematologi Onkologi Medik RS Kanker Dharmais, Dr. dr. Hilman Tadjoedin, Sp.PD, K-HOM, menegaskan bahwa AI hanya bisa dijadikan alat bantu, bukan dasar utama dalam menentukan penyakit seseorang.

"AI bisa saja bilang seorang pasien anemia parah, padahal setelah dicek ternyata hasilnya berbeda. Jadi, apa yang dikatakan AI itu harus dipertajam dan diperhalus oleh dokter. Kita tidak pernah mengobati pasien hanya dengan AI," kata Hilman dalam acara ROICAM 2025 di Jakarta, Sabtu, 27 September 2025.

Dia, menambahkan, self-diagnosis berdasarkan hasil AI justru berisiko membuat pasien panik dan menunda kunjungan ke dokter. "Yang diobati itu manusia, jadi tetap harus ditangani oleh orang yang ahli," tambahnya.

Contoh Kasus Salah Persepsi Diagnosis AI

Hilman memberi contoh nyata. Ada kalanya hasil laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin pasien sangat rendah, yang menurut analisis AI bisa menandakan anemia berat. 

Namun, saat dokter memeriksa langsung, pasien justru terlihat segar, tidak pucat, dan tidak memiliki keluhan sesak napas. "Kalau hanya melihat angka, AI bisa menilai pasien sakit parah. Tapi dokter akan melihat kondisi pasien secara menyeluruh, bukan sekadar angka di laboratorium," ujarnya.

Contoh ini menunjukkan bahwa AI tidak memiliki konteks klinis yang hanya bisa dinilai lewat pemeriksaan langsung. Oleh karena itu, AI sebaiknya dipandang sebagai pintu awal diskusi, bukan kesimpulan final.

Risiko Panik Akibat Analisis AI

Senada dengan Hilman, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Hematologi Onkologi Medik, dr. Eka Widya Khorinal, Sp.PD, K-HOM, FINASIM, mengatakan, pasien kerap datang dengan rasa takut berlebihan setelah membaca analisis AI.

"Misalnya, AI menyebut anemia bisa berarti leukemia. Pasien jadi panik duluan, padahal penyebab anemia bisa bermacam-macam. Di sinilah fungsi dokter untuk menyaring informasi dan memberi nasihat yang tepat," kata Eka.

Dia menekankan bahwa interaksi langsung antara pasien dan tenaga medis tidak bisa digantikan oleh teknologi. "Pasien sering buru-buru datang ke dokter karena AI menyebut penyakit serius. Itulah fungsi kami sebagai dokter, yaitu menyaring informasi tersebut dan memberikan advice yang tepat," tambahnya.

AI Sebagai Alat Bantu, Bukan Pengganti Dokter

Meski memiliki kelebihan dalam mempercepat akses informasi, keputusan medis tetap berada di tangan tenaga kesehatan. AI memang mampu membantu mengolah data lebih cepat, tetapi tidak bisa memahami faktor klinis, psikologis, dan sosial pasien.

Hilman menegaskan kembali bahwa hasil AI harus selalu diverifikasi dengan pemeriksaan langsung.

"AI itu sarana untuk memperjelas suatu permasalahan, tapi tidak bisa digunakan secara menyeluruh. Yang terpenting, dokter tetap melihat kondisi pasien secara keseluruhan," pungkasnya. 

Foto Pilihan

Seorang tenaga kesehatan mengukur lingkar kepala bayi selama program imunisasi massal di Surabaya pada 15 September 2025. (Juni KRISWANTO/AFP)
Read Entire Article