Liputan6.com, Jakarta Keracunan makanan bisa dicegah dengan langkah sederhana dan tampak sepele seperti mencuci tangan hingga cara penyimpanan makanan yang tepat.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak (UKK ETIA) IDAI, dr. Yogi Prawira, SpA, Subs ETIA(K), menjelaskan pentingnya kebiasaan dasar ini demi mencegah anak terpapar penyakit berbahaya.
Menurutnya, keracunan makanan kerap dipicu kontaminasi dari kuman yang menempel pada tangan, peralatan masak, hingga makanan yang tidak diolah dengan benar.
“Cuci tangan ini adalah universal precaution dengan menggunakan sabun dan air mengalir, terutama setelah dari kamar mandi, sebelum mengolah makanan, dan setelah menyentuh makanan mentah,” jelasnya dalam Seminar Media yang diadakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan topik Mengenali dan Mengatasi Keracunan Makanan pada Anak, pada Kamis, 25 September 2025.
Ia menambahkan, menjaga kebersihan alat masak, memisahkan bahan mentah, serta menghindari air yang belum diolah menjadi kunci penting lainnya.
“Jangan pernah minum air yang belum melalui proses penyaringan, pengolahan, dan pemasakan,” kata Yogi.
Selain itu, penyimpanan makanan juga harus diperhatikan. Daging, telur, dan bahan basah lain perlu dimasak pada suhu tertentu dan disimpan dalam wadah tertutup di kulkas maksimal dua jam setelah dimasak.
“Tidak disarankan anak-anak makan telur setengah matang karena berisiko menjadi media pertumbuhan bakteri,” tambahnya.
Cuci Tangan Jadi Langkah Pertama Pencegahan
Yogi menyebutkan bahwa kebiasaan sederhana seperti cuci tangan memiliki peran besar dalam mencegah keracunan makanan. Ia menyebut banyak kasus terjadi akibat lalai menjaga kebersihan dasar ini.
“Dari beberapa laporan keracunan itu ditemukan kontaminasinya dari kuman-kuman yang ada di saluran cerna. Khawatir mungkin setelah dari kamar mandi, kemudian lupa mencuci tangan,” jelasnya.
Cuci tangan yang benar sebaiknya mengikuti 6–7 langkah, seperti yang dulu diajarkan saat pandemi Covid-19 agar benar-benar membersihkan seluruh permukaan tangan.
Waktu yang tepat untuk melakukannya yaitu setelah keluar kamar mandi, sebelum menyiapkan makanan, dan setelah memegang makanan mentah. Dengan langkah sederhana ini, risiko penularan bakteri berbahaya dapat ditekan.
Kebersihan Alat Masak
Selain tangan, peralatan dapur juga bisa menjadi media penularan bakteri jika tidak dijaga kebersihannya. Yogi menyarankan agar semua peralatan dicuci dengan air panas dan sabun untuk mencegah kontaminasi silang.
“Menjaga kebersihan alat masak, dibersihkan dengan air panas dan sabun untuk mencegah kontaminasi silang,” katanya.
Pemisahan Bahan Mentah
Hal lain yang penting adalah memisahkan makanan mentah dari makanan siap santap. Daging, ayam, ikan, dan makanan laut mentah sebaiknya tidak disimpan atau diproses bersama dengan sayur dan buah.
Talenan yang digunakan juga sebaiknya dipisah, misalnya khusus untuk daging dan unggas, serta khusus untuk sayur dan buah. Kebiasaan ini membantu mencegah perpindahan bakteri berbahaya yang bisa menyebabkan keracunan makanan pada anak.
Penyimpanan dan Pengolahan dengan Suhu Tepat
Cara menyimpan dan mengolah makanan juga tidak kalah penting dalam mencegah keracunan. Yogi mengingatkan bahwa makanan basah seperti daging atau telur mudah basi jika tidak disimpan pada suhu yang sesuai.
“Daging sapi untuk disimpan dalam suhu minimal 71 derajat Celsius, ayam minimal 74 derajat Celsius, telur hingga kuning telurnya itu padat,” jelasnya.
Makanan yang sudah dimasak sebaiknya langsung disimpan di wadah tertutup dan dimasukkan ke kulkas maksimal dua jam setelah matang. Jika dibiarkan terlalu lama di suhu ruang, makanan bisa menjadi tempat berkembang biaknya bakteri.
Ia juga mengingatkan agar tidak mencairkan bahan makanan dari kulkas langsung ke suhu ruang, karena proses ini bisa mempercepat pertumbuhan bakteri.