Liputan6.com, Jakarta Fluminense sukses menyingkirkan raksasa Italia, Inter Milan, dengan skor meyakinkan 2-0 pada laga babak 16 besar Piala Dunia Antarklub 2025, Selasa (1/7/2025) dini hari WIB.
Kemenangan ini tak hanya tentang skor, tapi tentang kisah heroik para pemain veteran yang menunjukkan bahwa usia hanyalah angka. Di tengah suhu panas 33 derajat Celcius, Fluminense tampil solid dan terorganisir, dipimpin oleh dua pemain berusia kepala empat: Thiago Silva dan kiper Fabio.
Fluminense membuka keunggulan saat laga baru berjalan tiga menit lewat sundulan striker gaek German Cano. Sementara itu, gol penutup lahir di menit-menit akhir dari kaki Hercules, pemain pengganti yang melepaskan tendangan melengkung indah dari luar kotak penalti.
Inter, yang datang dengan status finalis Liga Champions musim lalu, kesulitan membongkar pertahanan Fluminense yang tampil disiplin dan cermat.
Penguasaan bola tak berarti banyak ketika lini belakang Fluminense begitu kokoh—berkat pengalaman dan ketenangan para pemain seniornya.
Duo Kepala Empat Jadi Fondasi Kemenangan
Kiper Fabio (44 tahun) dan bek tengah sekaligus kapten tim Thiago Silva (40 tahun) menjadi sorotan utama dalam laga ini.
Fabio tampil luar biasa dengan beberapa penyelamatan penting, termasuk saat mementahkan peluang emas Sebastiano Esposito jelang akhir laga. Aksi itu kian mengukuhkan reputasinya sebagai legenda hidup.
Tak hanya itu, Fabio baru saja mencatatkan rekor clean sheet ke-508 dalam karier profesionalnya, melewati catatan Gianluigi Buffon.
Kini, dia tinggal menyamai rekor penampilan terbanyak milik Peter Shilton (1.390 pertandingan), dengan Fabio saat ini sudah bermain sebanyak 1.378 kali sejak debutnya pada 1997.
Benteng Kokoh Thiago Silva
Di sisi lain, Thiago Silva pun tampil memukau. Ia mencatat delapan sapuan bersih (clearances)—terbanyak bersama rekannya Ignacio—serta beberapa intersep krusial.
Meski usia tak lagi muda, ia tetap tampil bertenaga dan disiplin dalam mengawal lini belakang.
"Saya sangat bangga dengan rekan-rekan saya. Bermain melawan Inter tidak mudah, apalagi dalam cuaca sepanas ini. Tapi kami menunjukkan bahwa Fluminense adalah tim besar," ujar Silva seusai pertandingan kepada DAZN.
Pasukan Tua, Semangat Muda
Yang menarik, Fluminense memang bertumpu pada skuad penuh pengalaman. Selain Fabio dan Silva, ada Samuel Xavier (35 tahun), Rene (32 tahun), German Cano (37 tahun), dan Everaldo (33 tahun).
Tim ini jadi salah satu yang tertua di turnamen—rata-rata usia skuadnya 28 tahun, hanya kalah dari Monterrey (28,4 tahun).
Namun pengalaman justru menjadi kekuatan utama Fluminense. Mereka tidak sekadar bermain, tapi berpikir dan membaca permainan dengan kedewasaan yang sulit dimiliki tim-tim muda.
Tantangan Berikutnya: Al Hilal
Di babak perempat final, Fluminense akan menghadapi tantangan berat lainnya: Al Hilal. Wakil Arab Saudi itu juga menciptakan kejutan besar usai menyingkirkan Manchester City dengan skor 4-3 lewat babak tambahan waktu.
Pertemuan Fluminense vs Al Hilal diprediksi akan menjadi duel penuh kejutan lanjutan, dengan kedua tim sama-sama menumbangkan favorit juara.
Piala Dunia Antarklub 2025 seakan menjadi panggung kebangkitan tim-tim yang selama ini dianggap underdog. Dan Fluminense, dengan skuad veteran dan semangat juang tinggi, kini menjadi simbol bahwa keajaiban sepak bola bisa datang dari siapa saja—termasuk dari mereka yang disebut 'sudah lewat masa emasnya'.