Mengapa Jadi People Pleaser Bisa Bikin Burnout dan Cara Menghentikannya

1 week ago 3
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena people pleaser atau kecenderungan untuk selalu berusaha menyenangkan orang lain semakin banyak diperbincangkan. Meskipun terlihat sebagai sikap baik, para ahli menegaskan kebiasaan ini bisa membawa dampak buruk, salah satunya burnout.

Psikiater bersertifikat ganda sekaligus peneliti otak asal California, dr. Daniel Amen, mengaku dirinya pun pernah mengalami hal serupa. "Saya mengalami masalah ini sepanjang hidup," kata Amen dalam sebuah video TikTok yang ditonton jutaan orang.

Amen, menjelaskan, people pleaser sering muncul karena rendahnya harga diri, takut ditolak, hingga perfeksionisme. Ciri-cirinya bisa dilihat dari sulit mengatakan 'tidak', terlalu sering meminta maaf, hingga menghindari konflik dengan segala cara.

Menurut survei YouGov tahun 2022, hampir separuh orang dewasa di Amerika Serikat mengaku sebagai people pleaser. Angkanya lebih tinggi pada perempuan (56 persen) dibanding laki-laki (42 persen).

Aturan 18-40-60 untuk Mengatasi People Pleaser

Untuk membantu orang melepaskan diri dari kecemasan berlebihan tentang penilaian orang lain, Amen membagikan prinsip sederhana yang dia sebut aturan 18-40-60.

"Ketika berusia 18, kamu khawatir dengan apa yang orang pikirkan tentangmu. Ketika berusia 40, kamu sudah tidak peduli lagi dengan apa yang orang pikirkan. Dan ketika berusia 60, kamu sadar tidak ada yang benar-benar memikirkanmu sama sekali," katanya.

Prinsip ini, kata Amen, membantu orang menyadari bahwa kebanyakan orang lebih sibuk memikirkan dirinya sendiri daripada mengkritisi orang lain. Dengan kata lain, rasa takut mengecewakan orang lain sering kali tidak beralasan.

Amen juga menyarankan untuk tidak langsung menyetujui permintaan orang lain. "Daripada langsung bilang iya hanya karena kamu seorang people pleaser, cobalah berkata 'Saya pikirkan dulu dan akan kembali memberi jawaban'," ujarnya.

Dengan begitu, seseorang punya waktu mengevaluasi apakah permintaan tersebut sejalan dengan tujuan hidup atau justru mengorbankan kebutuhan pribadi.

"Dalam pikiranmu, tanyakan: apakah ini sesuai dengan tujuan hidup saya? Jika ya, lakukan. Jika tidak, cukup katakan, ‘Maaf, saya tidak bisa melakukannya,’" tambah Amen.

Risiko Burnout bagi People Pleaser

Salah satu masalah utama menjadi people pleaser adalah mengorbankan kebutuhan pribadi demi kepentingan orang lain. Kondisi ini bisa berujung pada kelelahan emosional atau burnout, terutama di lingkungan kerja.

Psikolog klinis Harvard, Debbie Sorensen, menegaskan, kebiasaan mendahulukan orang lain membawa risiko tinggi terhadap kesehatan mental.

"Ketika kamu terus-menerus mengutamakan kebutuhan orang lain di atas dirimu, semakin sulit bagimu untuk fokus pada pekerjaan dan mengembangkan karier," katanya kepada CNBC.

Sorensen, menambahkan, burnout adalah salah satu konsekuensi terbesar. Orang yang tidak bisa menempatkan batas sehat antara pekerjaan, hubungan, dan kebutuhan pribadi akan kesulitan menjaga motivasi.

"Ketika kamu selalu memikirkan kebutuhan orang lain sebelum kebutuhanmu sendiri, itu semakin menyulitkan untuk fokus pada pekerjaanmu," ujar Sorensen.

Belajar Berkata “Tidak”

Menghentikan kebiasaan people pleaser bukan berarti menjadi egois. Sebaliknya, belajar berkata 'tidak' adalah bagian penting dari menjaga kesehatan mental dan profesional.

Menolak permintaan yang tidak sejalan dengan prioritas pribadi membantu seseorang melindungi waktu, energi, dan kestabilan emosional. Dengan langkah sederhana ini, keseimbangan hidup bisa lebih terjaga tanpa perlu merasa bersalah.

Foto Pilihan

Seorang tenaga kesehatan mengukur lingkar kepala bayi selama program imunisasi massal di Surabaya pada 15 September 2025. (Juni KRISWANTO/AFP)
Read Entire Article