Liputan6.com, Jakarta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., menyebut Roblox sebagai game berbahaya dan memicu perilaku kekerasan pada anak-anak. Hal ini ia sampaikan saat menghadiri acara peresmian Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SD Negeri Cideng 02, Senin lalu, 4 Agustus 2025.
"Kadang-kadang mereka meniru apa yang mereka lihat, sehingga praktek kekerasan yang ada di berbagai game itu bisa memicu kekerasan dalam kehidupan sehari-hari anak," kata Abdul Mu'ti.
Narasi ini sempat menjadi perbincangan di kalangan umum, memicu diskursus besar di platform media sosial. Ternyata, hasil sebuah penelitian menemukan bahwa Roblox membawa dampak yang bisa mengganggu bagi anak-anak.
Dilansir dari The Guardian, penelitian “Deeply disturbing” mengungkap betapa mudahnya anak-anak menemukan konten yang tidak pantas dan berinteraksi tanpa pengawasan orang tua di platform game Roblox.
Pihak Roblox turut mengakui potensi paparan konten berbahaya dan aktor jahat bagi anak-anak. Pihak Roblox juga mengatakan bahwa mereka tengah berupaya keras untuk memperbaiki masalah ini,serta dibutuhkan kolaborasi seluruh industri dan intervensi dari pemerintah.
Banyak Orangtua yang Khawatir dengan Penggunaan Roblox
Roblox menghadirkan jutaan gim dan lingkungan interaktif, yang secara kolektif dikenal sebagai “experiences”. Sebagain konten dikembangkan oleh Roblox, tetapi mayoritas merupakan buatan pengguna.
Pada tahun 2024, platform ini telah memiliki lebih dari 85 juta pengguna aktif harian, dan diperkirakan sebanyak 40 persennya adalah anak-anak berusia di bawah 13 tahun.
Banyak orangtua yang khawatir atas dampak yang ditimbulkan dari kecanduan gim ini, mengalami trauma, dan didekati oleh orang asing di platform populer tersebut.
Pihak Roblox menyebut, mereka bersimpati atas kekhawatiran yang muncul dari pihak orangtua dari anak-anak yang menjadi korban kekerasan di platform gim ini, namun mereka tetap mengatakan bahwa tidak sedikit orang mendapatkan pengalaman positif.
“Puluhan juta orang mendapatkan pengalaman positif, memperkaya (pengalaman), dan aman di Roblox setiap hari."
Kontrol Keamanan yang Belum Efektif
Pakar perilaku digital di Revealing Reality menyebutkan adanya kesenjangan meresahkan di platform tersebut.
“Sesuatu yang sangat menganggu...adanya kesenjangan yang meresahkan antara tampilan Roblox yang ramah anak dengan realitas yang dialami anak-anak di platform tersebut,” jelasnya.
Melalui sebuah penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Revealing Reality, menyebutkan bahwa kontrol orangtua yang disediakan oleh Roblox agar orangtua memiliki kendali atas akun anak-anak mereka masih belum efektif.
Penelitian ini dilakukan dengan membuat beberapa akun Roblox, menggunakan usia fiktif, yaitu usia 5, 9, 10, 13, dan 40 tahun ke atas. Akun tersebut hanya berinteraksi pada sesama akun eksperimen.
Laporan penelitian tersebut menemukan bahwa anak-anak berusia lima tahun ke atas mampu berkomunikasi dengan orang dewasa saat bermain gim di platform tersebut.
Para peneliti juga menemukan adanya contoh interaksi antara orang dewasa dan anak-anak tanpa verifikasi usia yang efektif. Hal ini terjadi, meskipun Roblox telah mengubah peraturan aplikasi, yaitu anak-anak di bawah 13 tahun tidak dapat berkirim pesan kepada orang lain, pada November silam.
“Kontrol keamanan yang ada terbatas efektivitasnya dan masih terdapat risiko yang signifikan bagi anak-anak di platform tersebut,” kata para peneliti.
Anak-anak Bisa Mengakses Konten Dewasa
Laporan dari eksperimen tersebut juga menemukan bahwa avatar milik akun anak berusia 10 tahun tersebut dapat mengakses lingkungan yang sangat sugestif. Termasuk ruang hotel yang didalamnya terdapat perempuan dengan stoking jala, berputar di atas tempat tidur dan avatar lain yang berbaring di atas satu sama lain dengan pose sugestif secara seksual.
Lingkungan lain yang dapat diakses oleh pengguna di bawak 13 tahun adalah ruang toilet umum tempat karakter buang air kecil dan avatar dapat memilih aksesori fetish untuk dikenakan.
Para peneliti menyebut bahwa avatar eksperimen mereka mendengar percakapan antara pemain lain yang mengungkapkan aktivitas seksual, serta suara-suara berciuman dan mengerang berulang kali.
Para peneliti juga menemukan fakta bahwa avatar uji coba dengan usia dewasa dapat meminta detail Snapchat pada avatar uji coba berusia lima tahun, menggunakan bahasa hampir tanpa kode.
Direktur riset Revealing Reality, Damon De Ionno, menyebut fitur keamanan terbaru Roblox masih belum memadai.
“Fitur keamanan baru yang diumumkan Roblox minggu lalu tidak cukup memadai. Anak-anak masih bisa mengobrol dengan orang asing yang tidak ada di daftar teman mereka, dengan 6 juta experiences (di platform), yang seringkali dengan deksripsi dan batasan umur yang tidak akurat, bagaimana mungkin orang tua diharapkan untuk memoderasi,” kata Ionno.