Liputan6.com, Jakarta Bukan lagi body shaming, masyarakat harus mulai menyadari bila obesitas sudah masuk dalam kategori penyakit. Bila tidak segera ditangani, obesitsa meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular.
"Dulu ada istilah kalau kegemukan itu berisiko jadi penyakit. Tapi ternyata, saat ini obesitas itu sendiri sudah jadi penyakit. Jadi, obesitas itu sudah penyakit," ungkap Dr. dr. Vito A. Damay, Sp.JP(K), pada kegiatan Hari Jantung Sedunia bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI Indonesian Heart Association), Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dan Novo Nordisk, di Eastvara BSD, Kabupaten Tangerang, pada Minggu (28/9/2025).
Vito menjelaskan lebih lanjut, obesitas diartikan sebuah penyakit karena bisa menarik penyakit lainnya atau penyakit penyerta. Seperti hipertensi atau darah tinggi, hiperlipidemia atau kondisi kolesterol dan trigliserida tinggi, hingga kadar gula darah tinggi atau kolesterol.
Ketiga penyakit metabolik tersebut merupakan faktor risiko dari penyakit jantung koroner ataupun kardiovaskular lainnya. Seperti penyempitan pembuluh darah hingga menyebabkan seseorang terkena serangan jantung.
"Bagi dokter spesialis jantung, penting untuk memandang obesitas dan penyakit jantung sebagai kondisi kronis yang saling terkait, serta memastikan pasien mendapatkan perawatan komprehensif berbasis bukti yang dapat menurunkan risiko," ujarnya.
Obesitas Mengakibatkan Inflamasi atau Peradangan
Vito juga menjelaskan, bahaya penumpukan lemak berlebih pada tubuh atau obesitas karena faktor inflamasi. Lemak-lemak berlebihan tersebut akan melepaskan zat-zat inflamasi atau peradangan, bila sudah kronis akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah.
"Nah, kalau kronis begitu, bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Kalau di jantung paling terkenal serangan jantung, ini berawal dari penyempitan pembuluh darah," katanya.
Seharusnya, pembuluh darah itu lapisannya mulus, lancar tanpa hambatan. Namun, kalau dia rusak karena adanya inflamasi, seperti hiperkolesterol, hipertensi hingga diabetes, maka pembuluh darah tersebut rusak dan mengakibatkan penyempitan.
"Penyempitan ini pelan-pelan, tidak langsung 100 persen, mungkin dari 10, 20 persen, tiba-tiba serangan jantung. Makanya orang bilang mendadak, tapi dia lupa bila ada diabetes,"ujarnya.
Untuk itu, betapa pentingnya untuk menjaga berat badan dan lingkar pinggang yang ideal. Hal ini untuk menghindari diri dari penyakit kardiovaskular lainnya.
"Sebab, dalam data JKN pun, penyakit kardiovaskular menempati nomor satu pengeluaran terbesar. Sebenarnya ini bisa dihindari, bisa ditangani, enggak perlu alat mahal, jadi bisa dicegah dengan menghindari faktor pemicunya," tutur Vito.
Jauhi Obesitas
Dalam memperingati Hari Jantung, Novo Nordisk Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendukung agenda nasional dalam menurunkan penyakit kardiovaskular dengan menangani obesitas melalui solusi inovatif, berbasis bukti ilmiah.
"Kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit jantung, agar orang Indonesia lebih memahami cara melindungi jantung mereka," kata GM Novo Nordisk Indonesia, Sreerekha Sreenivasan di kesempatan yang sama.
Jadi mulai hari ini, kenali berat badan tubuh masing-masing. Bila memang sudah melebihi batas normal, segera hubungi dokter untuk mengecek kesehatan secara menyeluruh dan lakukan perubahan gaya hidup.
"Perubahahn gaya hidup tetap menjadi pilar utama dalam penanganan obesitas dan penyakit kardio vaskular. Kunjungi Novocare untuk memahami lebih jauh agar kita bisa bersama mengurangi penyakit jantung di Indonesia,"ujarnya.
Sementara, pada peringatan Hari Jantung kali ini, Novo Nordisk Indonesia bersama PERKI dan YJI menggelar acara publik yang dihadiri lebih dari 2.000 peserta. Mulai dari jalan sehat komunitas, lari 5 dan 10Km, serta sesi edukasi kesehatan untuk masyarakat terkait obesitas dan kardiovaskular.