Pasien Selamat Kanker Payudara di Indonesia Masih Tertinggal dari Negara Tetangga

1 week ago 11
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat bahwa angka bertahan hidup pasien kanker payudara (kesintasan) di Indonesia dalam lima tahun terakhir masih rendah dan tertinggal dari negara Asia lainnya. 

"Di Indonesia angka kesintasan 5 tahun ini masih berkisar pada 56 persen-an dibandingkan dengan negara maju yang sudah 90 persen. Bahkan, India sudah 66 persen tapi kita masih menang karena Afrika Selatan baru 40 persen," kata Ketua Kerja Kanker Kemenkes RI, Endang Lukitosari, dalam acara 'Forum Jurnalis Kesehatan 'Menurunkan Beban dan Angka Kematian Akibat Kanker Payudara: Strategi, Aksi Kolaborasi' pada Senin, 29 September 2025.  

Selain itu, Endang juga menyebut bahwa kesadaran masyarakat akan skrining masih rendah. Meskipun tren skrining disebut telah menunjukkan peningkatan, tetap hanya sebagian kecil perempuan di Indonesia yang melakukan skrining kanker payudara. 

"Angkanya masih kurang dari 30 persen wanita melakukan skrining. Artinya, sebenarnya backlog kita 70 persen paling tidak semua wanita di Indonesia pernah melakukan skrining terhadap kanker payudara ini," ujarnya. 

Mengapa Tingkat Survival Rate-nya Masih Rendah?

Menurut Endang, permasalah ini datang dari beberapa sisi. Hal pertama, karena penyakit ini kerap terdeteksi setelah stadium lanjut yang disebabkan oleh fakta cakupan skrining kanker payudara yang masih rendah. 

Selain itu, masih banyak puskesmas yang belum menetapkan prosedur deteksi dini kanker payudara, yang membuat kondisi ini semakin serius. 

"Artinya apa? Artinya kalau semua puskesmas, semua layanan tingkat pertama melakukan deteksi dini, barangkali menemukan stage awal lebih cepat sehingga tata laksananya bisa lebih cepat, sehingga kematian bisa ditekan," ujar Endang. 

Sejalan dengan Endang, Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi menyebut, tingkat kematian akibat kanker payudara bisa ditekan dengan melakukan deteksi dini. 

"Angka payudara sebenarnya kalau ditemukan dari stadium dini itu bisa angka survival-nya itu mencapai lebih dari 90 persen," katanya.

Mengapa Angka Kanker Payudara di Indonesia Tetap Tinggi?

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), pada tahun 2022 mencatat, sebanyak 66.271 kasus baru kanker payudara, dengan tingkat kematian berada pada angka 22.298. Angka tersebut menjadikan penyakit ini berada pada urutan pertama sebagai penyakit paling banyak diderita perempuan.

“Kenapa kok bisa terbanyak? Karena memang kita menemukannya sudah stadium yang lanjut, akhirnya kita perlu melihat kembali bahwa ternyata cakupan skrining masih rendah. Ini ternyata permasalahan yang serius,” jelas Endang. 

Lebih lanjut ia menyebut, tingginya angka kanker payudara di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi penanganan yang terlambat, cakupan skrining yang masih rendah, tidak semua puskesmas menerapkan program deteksi dini, hingga layanan paliatif yang masih rendah.

Layanan paliatif merupakan perawatan medis khusus untuk meningkatkan kualitas hidup pasien atau keluarga pasien untuk mengurangi gejala fisik maupun psikologis. 

“70 persen kasus kanker datangnya sudah stadium lanjut dan juga waktu tunggu yang panjang sejak didiagnosis sampai mendapatkan terapi definitif ini perlu waktu yang lama yang kemudian menyebabkan tata laksana tertunda,” jelasnya. 

Endang menekankan, keterlambatan mencari pertolongan dan tata laksana bepengaruh pada perkembangan kanker dan angka kesintasan (bertahan hidup). 

Upaya Pembenahan

Lebih lanjut, Endang menyebut, akses layanan kesehatan belum merata. Menurutnya, upaya telah dilakukan untuk mendorong pembenahan di tingkat puskesmas, agar setiap puskesmas memiliki bisa melakukan skrining untuk kanker payudara.

“Kita melihat kebutuhan bahwa setiap provinsi itu harus minimal memiliki satu rumah sakit tingkat paripurna, kemudian setiap kabupaten/kota minimal harus ada satu rumah sakit tingkat Madya,” ujarnya. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), Cosphiadi Irawan mengatakan, keterlambatan diagnosis dan pengobatan menjadi hambatan serius bagi penanganan kanker payudara di Indonesia

Ia menyebut, masalah denial serta rasa ketakutan akan diagnosis penyakit yang masih tertanam masyarakat menyebabkan masalah yang lebih serius dan bisa berakibat fatal.

“Masalah memang knowledge-nya terbatas dan lain sebagainya. Yang akhirnya kita berhadapan dengan 28-70 persen late stage, akhirnya ada kemo-kemo dan seterusnya,” jelas Cosphiadi.

Foto Pilihan

Seorang tenaga kesehatan mengukur lingkar kepala bayi selama program imunisasi massal di Surabaya pada 15 September 2025. (Juni KRISWANTO/AFP)
Read Entire Article