Jakarta (ANTARA) - Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BBPPMD) Jakarta mengemukakan pertanian terpadu di lahan pekarangan rumah bisa membantu untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga sekaligus sumber pendapatan tambahan.
"Lahan pekarangan merupakan potensi yang luar biasa jika dikelola dengan baik. Dari sisi khususnya produksi di tingkat rumah tangga," kata Kepala BBPPMD Jakarta, Enirawan, dalam seminar bertema “Potensi Lahan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan” di Jakarta, Kamis.
Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan berbagai jenis usaha tani dalam satu area atau lahan. Jadi, dalam satu lahan terdapat tanaman, ternak, ikan, hingga pengelolaan limbah organik, sehingga kemudian menciptakan siklus yang saling mendukung, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Baca juga: DKI fokus tingkatkan teknologi pertanian untuk ketahanan pangan
"Memanfaatkan lahan pekarangan secara produktif, tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan pangan keluarga tetapi juga sebagai sumber pendapatan tambahan yang dapat menopang ekonomi rumah tangga," ujar Enirawan.
Dia mengatakan, dengan terciptanya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, maka ini bisa memastikan ketahanan pangan, termasuk swasembada pangan dan kemandirian pangan di tingkat daerah, bahkan nasional.
Adapun dalam pertahanan terpadu, dibutuhkan teknologi tepat guna baik dalam bentuk alat, sistem, maupun metode. Tetapi tak perlu yang canggih, melainkan teknologi yang tepat dan berguna, sehingga disebut inovasi teknologi tepat guna.
Dalam kesempatan itu, Kepala Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Desa dan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT), Dicky Yosepial mengatakan model pertanian terpadu tak memerlukan lahan yang luas sehingga cocok untuk daerah perkotaan yang minim lahan.
"Tidak perlu lahan luas, yang penting adalah perencanaan yang matang dan penggunaan teknologi tepat guna seperti biopori atau vertikultur," kata dia.
Baca juga: Rano minta setiap wilayah Jakarta punya kampung binaan pangan
Pekarangan bisa ditanami sayuran seperti kangkung, bayam, atau cabai, lalu di sisi lain lahan bisa dibangun kandang sederhana untuk ternak ungas atau kelinci, dan kolam ikan.
"Dengan demikian, satu lahan kecil bisa menghasilkan tiga sumber pangan sekaligus, sayur, daging, dan ikan," ujarnya.
Nantinya, air dari kolam ikan lele atau nila dapat digunakan untuk menyiram tanaman sekaligus menyediakan nutrisi alami. Lalu, limbah dari peternakan ayam atau kambing dapat diolah menjadi pupuk organik untuk menyuburkan tanaman.
Sementara sisa hasil panen sayuran bisa menjadi pakan tambahan bagi ternak dan ikan, yang menciptakan simbiosis mutualisme.
Dicky mengatakan, dengan model pertanian keluarga bisa menghemat pengeluaran harian dengan memanen sendiri kebutuhan dasar mereka, bahkan memiliki kelebihan untuk dijual atau dibagikan ke tetangga.
Selain itu, model tersebut mendorong pola konsumsi yang lebih sehat karena bebas dari residu kimia.
Baca juga: Pemerintah ajak warga berpartisipasi aktif perkuat ketahanan pangan
Baca juga: DKI siapkan strategi untuk ciptakan kemandirian ketahanan pangan
Lalu, dalam skala yang lebih besar, apabila banyak rumah tangga menerapkan ini, dampaknya akan signifikan terhadap pengurangan impor pangan dan stabilitas harga di pasar lokal.
"Kunci keberhasilan pertanian terpadu di pekarangan adalah konsistensi dan kemauan untuk memulai dari hal sederhana," katanya.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.