Liputan6.com, Jakarta - Pernah merasa waktu berlalu begitu cepat saat sedang asyik bersenang-senang atau bercengkrama dengan teman? Fenomena tersebut umum dialami banyak orang, jarum jam seakan berputar lebih cepat dibandingkan biasanya.
Begitupun sebaliknya. Saat waktu dilalui dengan sesuatu yang membosankan, waktu akan terasa lama. Satu menit saja mungkin akan terasa seperti berjam-jam. Ungkapan ' waktu berlalu begitu cepat saat kita bersenang-senang' memang ada penjelasan ilmiahnya.
Dilansir dari The Mirage, manusia memiliki persepsi tentang waktu yang sangat elastis, tidak seperti jarum jam yang bergerak secara kaku dan mekanis. Persepsi tersebut bisa meregang maupun menyusut sebagai respons dari kondisi mental, emosional, serta lingkungan, bahkan kondisi fisiologis seseorang.
Meskipun waktu tetap berputar secara konsisten, persepsi manusia tentang waktu sangat personal dan rentan terdistorsi. Hal tersebut berkaitan dengan berbagai faktor, seperti perhatian, ingatan, emosi, ritme biologis, dan usia.
Penjelasan Ilmiah Mengapa Waktu Bisa Berlalu Cepat
Elastisitas waktu tergambar dalam prinsip time dilation teori Albert Einstein, yang menggambarkan bahwa waktu bersifat lentur. Time dilation artinya waktu bisa berjalan dengan kecepatan berbeda bagi benda yang bergerak satu sama lain atau berada dalam medan gravitasi yang berbeda.
Sejalan dengan teori tersebut, para ahli saraf menemukan bahwa ternyata otak memiliki 'jam internal' yang bersifat adaptif. Jam tersebut dapat memperpanjang atau memperpendek waktu berdasarkan pengalaman dan kondisi seseorang.
Ketika tubuh dalam kondisi waspada dan fokus, jam internal tersebut cenderung berjalan lebih cepat, sehingga membuat waktu terasa lebih lama. Sebaliknya, saat tubuh dalam kondisi rileks atau terdistraksi, jam internal melambat, sehingga waktu akan terasa lebih cepat berlalu.
Elastisitas persepsi waktu juga tercermin dalam ingatan. Ketika dihadapkan dengan pengalaman baru, otak akan membutuhkan waktu lama untuk memproses informasi tersebut, sehingga muncul perasaan bahwa waktu lebih lama. Sebaliknya, dalam situasi familiar yang tidak memerlukan banyak fungsi kognitif, membuat waktu lebih terasa cepat berlalu.
Peran Fokus dan Memori Membentuk Persepsi Waktu
Tingkat perhatian atau fokus dan kepadatan ingatan merupakan salah satu faktor utama yang membentuk persepsi tentang waktu. Saat sedang sibuk mengerjakan sesuatu atau menikmati momen tertentu, secara otomatis perhatian pada waktu yang berlalu teralihkan, sehingga membuat waktu seolah lebih cepat berlalu.
Sebaliknya, ketika terlalu memperhatikan waktu yang berlalu akibat rasa bosan atau ketika menunggu, kesadaran terhadap setiap detik yang terlewat membuat waktu terasa lebih lambat.
Ingatan juga sangat berperan. Ketika terlalu bersenang-senang, otak umumnya tidak menyimpan ingatan yang detail, sehingga waktu seolah berlalu lebih cepat ketika memikirkan waktu yang telah berlalu.
Berbeda pada saat bosan, otak akan lebih banyak menyimpan informasi, menciptakan kesan bahwa momen tersebut berlangsung sangat lama.
Apa yang Terjadi di Otak?
Penelitian neurosains terbaru semakin memperkaya pemahaman terkait bagaimana cara kerja otak dalam memandang waktu. Hasil penelitian menunjukkan adanya peran ganglia basal, yaitu bagian otak yang berhubungan dengan gerakan dan proses belajar, dalam mengatur persepsi waktu.
Selain itu, dopamin yang merupakan zat kimia otak yang berhubungan dengan rasa senang, juga punya kaitan erat dengan cara otak menjaga 'jam internal'.
Ketika otak dibanjiri dopamin saat kita melakukan aktivitas menyenangkan, jam internal ini bisa berdetak lebih cepat. Akibatnya, kita merasakan waktu berjalan lebih singkat dari biasanya.
Bahkan, persepsi terhadap elastisitas waktu bukan hanya terjadi pada manusia. Penelitian lain menunjukkan bahwa hewan juga mengalami elastisitas dalam memandang waktu.
Hewan yang lebih kecil dengan tingkat metabolisme lebih cepat, seperti lalat atau burung, merasakan waktu berlalu lebih lambat dibandingkan aslinya.