Liputan6.com, Jakarta Dokter Asmoko Resta Permana, SpJP(K) Subsp. Ped. PJB(K) menjelaskan bahwa screen time berlebihan sering kali membuat anak enggan bergerak. Padahal, aktivitas fisik penting untuk melatih jantung dan perkembangan tubuh lainnya.
“Tergantung materinya, kalau kontennya bagus dan edukatif bisa membantu tumbuh kembang anak. Tapi kebanyakan justru tidak edukatif, malah penuh sensory input seperti warna dan suara yang berlebihan,” kata Asmoko saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu bersama Siloam Heart Hospital (SHH).
Ia menambahkan, anak yang terlalu lama menatap layar cenderung kehilangan kesempatan bermain aktif. Akibatnya, tubuh tidak mendapat latihan fisik yang cukup.
“Kalau waktunya dihabiskan di depan layar, anak jadi malas olahraga. Padahal jantung perlu dilatih minimal 20 menit setiap hari,” katanya.
Hal ini menjadi peringatan bagi orangtua agar lebih selektif dalam mengatur screen time.
Menurut Asmoko, membatasi durasi dan memilih konten edukatif bisa menjadi langkah sederhana untuk melindungi tumbuh kembang anak.
Konten Tidak Edukatif dan Risiko Perkembangan Anak
Menurut Asmoko, bukan hanya durasi screen time yang berbahaya, melainkan juga kualitas konten yang dikonsumsi anak. Konten non-edukatif dengan banyak efek visual dan suara bisa membuat anak terlalu terstimulasi.
“Kebanyakan kontennya tidak edukatif, malah penuh dengan warna-warna dan suara yang berlebihan,” jelasnya.
Kondisi ini bisa mengganggu konsentrasi dan kemampuan anak untuk belajar hal-hal baru secara alami.
"Lebih buruk lagi, jika waktu yang dihabiskan terlalu banyak, anak kehilangan kesempatan berinteraksi dengan lingkungan nyata yang sebenarnya lebih penting untuk membangun keterampilan sosial dan emosional," tambahnya.
Karena itu, orang tua disarankan untuk lebih selektif memilihkan tontonan, sekaligus mengawasi durasi penggunaannya.
Pentingnya Aktivitas Fisik untuk Kesehatan Jantung Anak
Screen time yang berlebihan biasanya membuat anak duduk dalam waktu lama. Padahal, anak-anak butuh aktivitas fisik setiap hari agar jantung tetap terlatih.
“Jantung perlu dilatih minimal 20 menit sehari dengan aktivitas seperti jalan atau lari sesuai kemampuan,” ujar Asmoko.
Anak yang terbiasa sedentary cenderung cepat lelah saat harus melakukan aktivitas fisik, karena jantungnya tidak terbiasa bekerja lebih keras.
Aktivitas sederhana seperti bermain di luar rumah, bersepeda, atau bahkan lari-larian sudah bisa membantu menjaga kesehatan jantung.
Jika anak terlalu sering diam di depan layar, risiko obesitas dan gangguan metabolisme juga meningkat. Hal ini membuktikan bahwa membatasi screen time bukan hanya soal mental, tetapi juga berkaitan erat dengan kesehatan fisik.
Batas Aman Screen Time Anak
Asmoko juga menyinggung rekomendasi durasi screen time yang ideal bagi anak. Menurutnya, maksimal satu jam per hari sudah cukup, terutama untuk anak-anak usia dini.
“Kalau screen time itu sebenarnya satu jam sudah cukup. Selebihnya sebaiknya digunakan untuk aktivitas lain,” katanya.
Rekomendasi ini sejalan dengan panduan dari psikolog anak yang menekankan pentingnya keseimbangan antara teknologi dan kegiatan fisik.
Orang tua bisa mengganti waktu layar dengan aktivitas kreatif seperti menggambar, membaca, atau bermain bersama. Dengan cara ini, anak tetap bisa mendapat stimulasi yang sehat sekaligus menjaga interaksi sosial.
Jika orang tua konsisten menerapkan batasan, anak akan terbiasa dengan rutinitas yang lebih seimbang antara belajar, bermain, dan istirahat.