Liputan6.com, Jakarta - Takut gelap merupakan ketakutan yang dialami banyak orang, terutama anak-anak dan bisa bertahan hingga dewasa. Para ahli menjelaskan, rasa takut ini berakar dari faktor evolusi, pengalaman hidup, hingga pengaruh budaya populer seperti film horor.
Seorang profesor psikologi di Toronto Metropolitan University, Martin Antony, menjelaskan bahwa rasa takut gelap sebagai prepared fear atau ketakutan yang manusia bawa sejak masa nenek moyang kita.
“Kita memang secara evolusi diprogram untuk lebih mudah mengembangkan rasa takut terhadap hal-hal tertentu, termasuk kegelapan,” katanya.
Dilansir dari Huff Post, hal serupa juga diungkapkan oleh psikolog klinis dari National Institutes of Mentah Health, Krystal Lewis. Menurutnya, ketakutan ini wajar pada anak-anak dan bagian dari perkembangan.
“Kami melihat cukup banyak anak yang takut gelap dan itu hal yang normal secara perkembangan,” katanya.
Namun, rasa takut tak selalu berhenti di masa kecil. Psikolog klinis, John Mayer, menyebut sekitar 11 persen populasi orang dewasa di Amerika Serikat masih takut pada kegelapan. Ketakutan ini bahkan bisa terkait dengan pengalaman traumatis, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari.
Awal Mula Takut Gelap
Antony, menjelaskan, kegelapan sudah lama menjadi kondisi yang rawan bahaya bagi manusia purba. Ketika malam tiba, predator bisa mengintai tanpa terlihat, sehingga manusia mengembangkan kewaspadaan alami terhadap gelap.
“Kita dibentuk melalui evolusi untuk mengembangkan rasa takut ini lebih mudah,” ujarnya. Hal ini menjelaskan mengapa rasa takut pada gelap lebih umum dibandingkan dengan ketakutan pada hal lain.
Meski kini kehidupan jauh dari ancaman predator, rasa takut itu tetap tertanam dalam diri manusia. Ditambah lagi, film horor dan cerita hantu kerap memperkuat asosiasi negatif terhadap kegelapan.
Misalnya, ketika lampu dipadamkan atau suasana gelap melingkupi ruangan, otak otomatis mengingatkan pada potensi bahaya atau gambaran yang menakutkan.
Bagian Normal dari Perkembangan Anak
Bagi anak-anak, rasa takut gelap adalah sesuatu yang wajar. Lewis, mengungkapkan, ketakutan adalah bagian dari tahapan perkembangan psikologis.
“Rasa takut merupakan bagian yang normal dari masa pertumbuhan anak-anak,” katanya. Artinya, wajar jika anak meminta lampu tidur tetap menyala atau merasa cemas ketika berada di kamar gelap.
Biasanya, anak akan tumbuh melewati fase ini seiring bertambahnya usia. Namun, orangtua dapat membantu dengan menciptakan lingkungan yang aman dan mengurangi paparan konten menakutkan.
Antony menambahkan, meski kebanyakan anak akan mengatasi ketakutan ini secara alami, sebagian kecil bisa membawanya hingga dewasa.
Rasa Takut yang Mengikuti
Antony menjelaskan, manusia cenderung merasa cemas terhadap hal-hal yang tidak dapat diprediksi. “Kita tidak tahu apa yang ada di sana, sehingga itu menimbulkan ketidaknyamanan,” katanya.
Dalam kegelapan, otak akan mengisi kekosongan dengan berbagai kemungkinan. Misalnya, bayangan monster dalam imajinasi anak-anak hingga rasa waspada orang dewasa terhadap potensi bahaya.
Film horor dan cerita mistis juga semakin memperkuat rasa takut ini. Bayangan hantu, monster, atau suara misterius lebih mudah muncul ketika cahaya menghilang.
Menurut Antony, orang yang takut gelap sebenarnya tidak menyukai ketidakpastian yang dibawa oleh kegelapan itu sendiri. Pada intinya, bukan hanya gelapnya yang menakutkan, melainkan juga apa yang mungkin tersembunyi di dalamnya.