Liputan6.com, Jakarta Ketua Indonesia Transplantation Society (InaTS), dokter spesialis penyakit dalam Maruhum Bonar H. Marbun mengatakan pasien gagal organ yang menjalani transplantasi memiliki peluang hidup lebih panjang. Selain itu, kualitas hidup pasien tersebut juga lebih baik dibandingkan kondisi sebelum transplantasi.
"Kualitas hidup orang yang sakit apapun terkait gagal organ itu pasti lebih panjang umurnya," kata Bonar dalam side event di Hospital Expo 2025, di ICE BSD, Banten pada Jumat, 26 September 2025.
Dalam transplantasi organ yang dilakukan di RSCM Jakarta, tempat Bonar praktik, faktor keberhasilan dalam tahun pertama di atas 90 persen. Faktor keberhasilan transplantasi ini dipengaruhi oleh kecocokan serta minimnya risiko infeksi usai transplantasi.
"Transplantasi itu mah mudah ya seperti operasi lain, tapi pasca operasi itu (yang menantang)," tuturnya.
Pasien yang berhasil dengan transplantasi misalnya pada ginjal, kehidupannya akan berubah lebih baik. Pasien tersebut bisa kembali bekerja, lebih segar, bisa beraktivitas seperti normal tanpa bergantung pada mesin dialisis.
Selain itu, dari segi biaya, pasien yang transplantasi organ berhasil juga meringankan beban negara. Biaya jangka panjang akibat gagal organ, kata Bonar, jauh lebih besar dibandingkan program transplantasi.
"Efeknya mengurangi beban biaya kesehatan nasional,” ucap Bonar.