BADAN Search and Rescue (SAR) Nasional atau Basarnas menyatakan operasi pencarian dan penyelamatan bangunan ambruk di Pondok Pesantren atau Ponpes Al Khoziny telah selesai. Puluhan santri di ponpes yang berlokasi di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur itu ditemukan tewas setelah terjebak dalam musala yang ambruk pada 29 September 2025 lalu itu.
Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas Laksamana Pertama Yudhi Bramantyo mengatakan operasi SAR ditutup setelah berlangsung selama sembilan hari. "Dari sisi SAR mungkin akan selesaikan hari ini," kata Yudhi dalam konferensi pers daring pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Saat ini, kata Yudhi, sebagian besar area reruntuhan musala Al Khoziny sudah rata dengan tanah. Mayoritas puing dari bangunan empat lantai yang runtuh tersebut kini sudah dibersihkan oleh tim evakuasi.
Yudhi berujar Basarnas akan melakukan penyisiran terakhir sebelum menutup operasi SAR di Ponpes Al Khoziny. Dia berharap tidak ada lagi jenazah korban yang tersisa di sana. "Kami akan melaksanakan penyisiran lagi, sekali lagi di area yang sudah rata dengan tanah. Harapan kami tidak ada lagi yang tersisa," ujar dia.
Menurut Yudhi, Basarnas akan menyerahkan penanganan sepenuhnya ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) setelah operasi SAR resmi usai. Nantinya, BNPB akan melanjutkan proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascakejadian.
Jumlah keseluruhan korban insiden ambruknya musala di Ponpes Al Khoziny Buduran mencapai 167 jiwa. Saat ini, BNPB mencatat 63 korban meninggal dan 104 orang masih dirawat. Tim evakuasi gabungan telah menemukan 61 jenazah utuh dan 7 potongan tubuh yang belum teridentifikasi.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Jawa Timur masih berupaya mengidentifikasi tujuh potongan tubuh dari reruntuhan Ponpes Al Khoziny tersebut. BNPB menyatakan masih ada kemungkinan bagian tubuh itu berasal dari lebih dari dua orang, sehingga membuat jumlah perkiraan korban tewas yang awalnya 63 orang meningkat.
Bangunan di Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, ambruk pada Senin, 29 September 2025 pukul 15.00 WIB. Saat itu, para santri putra melaksanakan salat ashar berjamaah di lantai dasar, di gedung berlantai 4. Pembersihan puing dan evakuasi korban masih berlanjut hingga sepekan kemudian.
Para orang tua santri Ponpes Al Khoziny menuntut penegakan hukum dalam kasus robohnya bangunan di pesantren ini. Pihak keluarga yang menjadi korban meminta pertanggung jawaban kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Salah satu perwakilan keluarga, Fauzi mengatakan bahwa diduga ada human error dalam kejadian ini. Terlebih, petugas dan pakar telah menyatakan bahwa ada kegagalan konstruksi dalam bangunan yang ambruk. “Berarti ada pelanggaran di situ dan harus diproses,” kata Fauzi kepada Tempo, Senin 6 Oktober 2025.
Sementara Polda Jawa Timur enggan berkomentar soal penyidikan ambruknya ponpes tersebut. Polisi menegaskan masih fokus membantu proses evakuasi korban. “Nanti (penyidikan), kami masih fokus pada sisi kemanusiaan,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Komisaris Besar Jules Abraham Abast pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Pilihan Editor: Bisakah Ambruknya Pesantren Al Khoziny Diusut Pidana?