
HAMAS meminta jaminan langsung dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan negara-negara pendukung Israel bahwa perang di Jalur Gaza akan diakhiri secara permanen.
Permintaan itu disampaikan oleh negosiator utama Hamas, Khalil El-Hayya, dalam perundingan tidak langsung dengan Israel di Mesir pada Selasa (7/10).
Dalam wawancara dengan media pemerintah Mesir, Al-Qahera News, El-Hayya menegaskan bahwa pihaknya tidak mempercayai komitmen Israel terhadap gencatan senjata.
"Kami tidak mempercayai pendudukan (Israel) di Gaza, bahkan sedetik pun," katanya dikutip AFP, Rabu (8/10).
Menurut El-Hayya, Israel kerap mengingkari kesepakatan yang telah dibuat.
"Kami telah mengalaminya dua kali dalam perang ini. Oleh karena itu, kami menginginkan jaminan yang nyata," lanjutnya, menuduh Israel telah melanggar dua gencatan senjata sebelumnya.
Dua Tahun Agresi dan Ribuan Korban
Konflik di Gaza telah memasuki tahun kedua sejak Israel melancarkan agresi militernya pada Oktober 2023.
Serangan tanpa henti itu telah menewaskan puluhan ribu warga sipil, menghancurkan infrastruktur, dan memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Menurut data yang dikutip dari Anadolu, lebih dari 67.000 warga Palestina tewas sebagian besar merupakan anak-anak, perempuan, lansia, tenaga medis, relawan kemanusiaan, dan jurnalis.
Sementara itu, lebih dari 170.000 orang mengalami luka-luka akibat serangan udara dan darat yang terus berlanjut.
Meskipun kecaman keras datang dari komunitas internasional, Israel tetap melakukan operasi militer dengan alasan menargetkan kelompok Hamas.
Gencatan Senjata yang Sering Gagal
Upaya gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah dilakukan beberapa kali, namun tidak pernah bertahan lama.
Kedua pihak sempat menyetujui gencatan sementara pada November 2023, sebulan setelah perang dimulai.
Kesepakatan itu bahkan sempat diperpanjang, tetapi Israel dituduh melanggarnya dengan terus melancarkan serangan di Gaza.
Gencatan senjata lain dicapai pada Januari 2025, namun situasi kembali memburuk setelah pasukan Israel melanjutkan serangannya terhadap wilayah Palestina.
Saat ini, perundingan baru sedang berlangsung di Mesir, menyusul pernyataan Hamas yang bersedia membebaskan seluruh sandera Israel, baik yang masih hidup maupun yang telah tewas.
Negosiasi ini menjadi harapan terakhir untuk menghentikan perang yang telah membawa penderitaan luar biasa bagi warga Gaza. (I-3)