
WAKIL Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perindustrian Saleh Husin menyebutkan, tumbuhnya industri menjadi faktor penting dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% seperti yang dicita-citakan Presiden Prabowo Subianto.
"Tanpa industri tumbuh, ya jangan pernah berharap untuk ekonomi bisa tumbuh 8%," ucap Saleh di acara 'Focus Group Discussion Keberlanjutan Gas Bumi untuk Industri Nasional: Sinergi Kebijakan, Pasokan, dan Daya Saing' yang digelar di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (7/10).
Dirinya pun menjelaskan beberapa faktor yang dapat mendorong tumbuhnya industri di dalam negeri, salah satunya adalah ketersediaan bahan baku. Saat ini, Saleh mengungkapkan sebesar 60%-70% bahan baku industri dalam negeri masih bergantung pada impor.
"Agar kita mengurangi importasi, ya tentu harus membangun industri hulu. Tetapi kalau membangun industri hulu kan membutuhkan modal yang besar, teknologi yang tinggi, dan biasanya untuk industri hulu, jarang pengusaha yang mau masuk ke sana karena jangka waktu pengembaliannya cukup lama," terang Saleh.
Ia menambahkan, faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tumbuhnya industri adalah energi, salah satu contohnya adalah gas.
"Pasokan kebutuhan energi ini kadang masih menjadi problem utama di dunia industri kita. Kadang di lapangan teman-teman industri pengguna gas ini hanya mendapatkan suplai gas 60%," ungkapnya.
Sisanya, sambung Saleh, industri-industri pengguna gas harus membeli gas dengan harga US$16,77 yang tentunya jauh lebih tinggi dibandingkan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).
"Akibatnya, daya saing produk industri kita tidak kuat. Kalau misalnya terlalu tinggi (harga beli gas), beberapa industri akhirnya lari ke negara-negara tetangga yang harga energinya lebih kompetitif," bebernya. (Fal/E-1)