KETUA Majelis Permusyawaratan Rakyat Ahmad Muzani mendorong Polri untuk mengusut peristiwa ambruknya musala Pondok Pesantren atau Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Robohnya bangunan itu mengakibatkan setidaknya 63 santri meninggal.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
"Kami percaya kepada pihak kepolisian untuk melakukan penyidikan dan pengusutan ini, sehingga peristiwa ini bisa menjadi pelajaran penting bagi para penyelenggara pendidikan," kata Muzani saat ditemui di kantor Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta, pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Politikus Partai Gerindra itu merasa prihatin atas peristiwa yang terjadi pada 29 September lalu. Dengan puluhan korban santri yang menjadi korban jiwa, ia menyebut ambruknya musala Ponpes Al Khoziny sebagai peristiwa memilukan.
Menurut Muzani, peristiwa ini harus menjadi sebuah pelajaran bagi semua pengelola pendidikan, baik institusi pendidikan berbasis agama maupun non-agama. "Bahwa bangunan yang berstandar konstruksi juga sangat penting bagi keselamatan para siswa, para santri, para mahasiswa," tutur dia.
Ia pun mempercayai bahwa pemerintah melalui Menteri Agama telah menindaklanjuti peristiwa tersebut secara tepat. Ia pun berharap keputusan para pemangku kepentingan memberikan kesimpulan terbaik.
Pemerintah telah memetakan prioritas pembenahan pesantren buntut robohnya bangunan musala Ponpes Al Khoziny. Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar mengatakan prioritas pembenahan dilakukan untuk bangunan pesantren yang sudah dalam kondisi rawan.
Muhaimin mengatakan tindakan ini untuk menindaklanjuti perintah Presiden Prabowo Subianto. Apalagi, kata dia, hingga kini masih ada gedung pesantren yang tidak memiliki standar pembangunan.
"Saya akan terus mengambil langkah cepat terutama memprioritaskan kepada pesantren yang sangat rawan, untuk segera kami tangani," kata Muhaimin ditemui di rumah dinas Widya Chandra IV, Jakarta Selatan pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Terpisah, Badan Search and Rescue (SAR) Nasional atau Basarnas menyatakan operasi pencarian dan penyelamatan telah selesai. Jumlah keseluruhan korban insiden ambruknya musala di Ponpes Al Khoziny Buduran mencapai 167 jiwa. Saat ini, BNPB mencatat 63 korban meninggal dan 104 orang masih dirawat. Tim evakuasi gabungan telah menemukan 61 jenazah utuh dan 7 potongan tubuh yang belum teridentifikasi.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Jawa Timur masih berupaya mengidentifikasi tujuh potongan tubuh dari reruntuhan Ponpes Al Khoziny tersebut. BNPB menyatakan masih ada kemungkinan bagian tubuh itu berasal lebih dari dua orang, sehingga membuat jumlah perkiraan korban tewas yang awalnya 63 orang meningkat.
Bangunan di Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, ambruk pada Senin, 29 September 2025 pukul 15.00 WIB. Saat itu, para santri putra melaksanakan salat ashar berjamaah di lantai dasar, di gedung berlantai 4. Pembersihan puing dan evakuasi korban masih berlanjut hingga sepekan kemudian.
Para orang tua santri Ponpes Al Khoziny menuntut penegakan hukum dalam kasus robohnya bangunan di pesantren ini. Pihak keluarga yang menjadi korban meminta pertanggung jawaban kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Salah satu perwakilan keluarga, Fauzi mengatakan bahwa diduga ada kelalaian manusia dalam kejadian ini. Terlebih, petugas dan pakar telah menyatakan bahwa ada kegagalan konstruksi dalam bangunan yang ambruk. “Berarti ada pelanggaran di situ dan harus diproses,” kata Fauzi kepada Tempo, Senin 6 Oktober 2025.
Sementara Polda Jawa Timur enggan berkomentar soal penyidikan ambruknya ponpes tersebut. Polisi menegaskan masih fokus membantu proses evakuasi korban. “Nanti (penyidikan), kami masih fokus pada sisi kemanusiaan,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Komisaris Besar Jules Abraham Abast pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Sultan Abdurrahman dan Eka Yudha Saputra berkontribusi dalam tulisan ini
Pilihan editor: Penjelasan Menteri Muhaimin Atas Bangunan Ambruk di Ponpes Al Khoziny