Kodifikasi RUU Pemilu Harus Selaras dengan Reformasi Internal Partai Politik

11 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Kodifikasi RUU Pemilu Harus Selaras dengan Reformasi Internal Partai Politik Ilustrasi: pemilih memasukan kertas suara di kotak suara usai mencoblos saat PSU(ANTARA FOTO/Olha Mulalinda)

PAKAR elektoral dan tata kelola pemilu dari Universitas Airlangga, Kris Nugroho menegaskan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilu berbasis kodifikasi harus dibangun secara paralel dengan pembenahan sistem kepartaian di Indonesia.

Menurut Kris, perbaikan sistem pemilu tidak akan efektif jika tidak diikuti oleh penguatan kelembagaan partai politik sebagai pilar utama demokrasi.

RUU Pemilu dengan konsep kodifikasi itu harus paralel dengan ketentuan dalam undang-undang pemilu terkait syarat pencalonan. Ini harus selaras dengan pembenahan masalah internal partai, seperti kaderisasi, keanggotaan, pembiayaan, dan keuangan partai politik,” ujar Kris dalam Seminar Kodifikasi UU Pemilu Usulan Masyarakat Sipil untuk Perbaikan, Rabu (8/10).

Kris menilai, penguatan regulasi tentang partai politik harus ditegaskan secara eksplisit dalam RUU Pemilu agar partai memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mencerdaskan pemilih dan menjaga integritas calon yang diusung.

“Bagian-bagian itu harus disempurnakan, bahkan diperkuat, dan dinyatakan sebagai satu kesatuan regulasi yang linear dengan syarat pencalonan. Dengan begitu, partai bisa berdaya dan memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan pemilih,” jelasnya.

Ia menambahkan, di balik rancangan kodifikasi UU Pemilu, terdapat harapan besar agar partai politik di Indonesia menjadi lembaga yang kuat, terstruktur, dan memiliki otoritas yang jelas dalam mengontrol proses elektoral dari awal pencalonan hingga pasca pemilihan.

“Saya membayangkan kita punya partai politik yang kuat, dengan koneksitas kelembagaan yang rapi dan otoritatif. Partai memiliki kemampuan untuk mengontrol setiap proses elektoral, dari pencalonan legislatif hingga saat kadernya duduk di parlemen,” tutur Kris.

Ia berharap RUU Pemilu yang sedang digodok dapat mengakomodasi kebutuhan untuk memperkuat partai politik sebagai institusi yang kredibel dan dipercaya publik, mengingat biaya penyelenggaraan pemilu yang semakin besar.

“Apalagi biaya pemilu terakhir mencapai sekitar Rp70 triliun. sangat besar untuk sebuah sistem yang masih rentan improvisasi,” ungkapnya.

Kris juga menyoroti praktik revisi regulasi yang kerap terjadi di tengah tahapan pemilu, yang menunjukkan adanya persoalan mendasar dalam legitimasi dan sinkronisasi undang-undang pemilu.

“Dalam setiap tahapan pemilu sering muncul improvisasi dan revisi regulasi di tengah jalan. Ini menunjukkan adanya persoalan dalam legitimasi undang-undang induknya, sehingga implementasinya di bawah selalu berubah-ubah,” katanya.

Lebih lanjut, Kris juga menilai volatilitas elektoral masih menjadi tantangan besar bagi partai-partai politik Indonesia. Banyak partai besar kehilangan basis dukungan, sementara partai baru tumbuh cepat, tetapi hubungan antara pemilih dan partai masih bersifat dangkal.

“Volatilitas elektoral di Indonesia tinggi karena tidak ada kedekatan ideologis antara pemilih dan partai politik. Pemilih mudah berpindah dukungan dari satu partai ke partai lain karena mereka tidak memiliki pijakan kesadaran politik yang kuat,” jelasnya.

Menurutnya, kondisi tersebut menandakan lemahnya ikatan emosional dan ideologis antara pemilih dan partai. Hal itu harus diperbaiki dengan penguatan sistem kepartaian yang lebih substantif dan konsisten.

“Ini yang harus dibangun oleh partai-partai kita untuk menghindari volatilitas politik. Masalah ini tidak hanya disebabkan oleh perilaku pemilih, tetapi juga oleh lemahnya sistem partai dan regulasi pemilu kita,” pungkasnya. (Dev/M-3)

Read Entire Article