Lebih dari 3000 karyawan Boeing mogok kerja, tuntut kontrak yang adil

San Fransisco (ANTARA) - Sekitar 3.200 karyawan serikat pekerja Boeing di negara bagian Missouri dan Illinois, Amerika Serikat (AS), pada Senin (4/8) melakukan aksi mogok kerja usai negosiasi kontrak dengan perusahaan tersebut gagal.

Aksi mogok kerja itu sebelumnya diumumkan setelah anggota Asosiasi Juru Mesin dan Pekerja Kedirgantaraan Internasional (International Association of Machinists and Aerospace Workers/IAM) Distrik 837 melakukan pemungutan suara dan memilih untuk menolak perjanjian kerja empat tahun dengan Boeing yang telah dimodifikasi.

Pemungutan suara ini menyusul penolakan mayoritas anggota IAM terhadap usulan Boeing sebelumnya pada 27 Juli setelah perjanjian kerja secara resmi berakhir sebelum tengah malam.

Para pekerja tersebut bermarkas di fasilitas-fasilitas Boeing di St. Louis dan St. Charles, Negara Bagian Missouri, serta di Mascoutah, Negara Bagian Illinois.

"Kami akan hadir di titik-titik aksi mogok, memastikan Boeing mendengar kekuatan kolektif para pekerja," kata Presiden Internasional IAM Brian Bryant dalam pernyataan pada Minggu (3/8).

"Mereka berhak mendapatkan kontrak yang menjamin keamanan keluarga mereka dan mengakui keahlian mereka yang tiada bandingannya," ujar Wakil Presiden Umum IAM Wilayah Midwest Sam Cicinelli.

"Solidaritas adalah kekuatan kami. Pemungutan suara ini menunjukkan bahwa ketika para pekerja bersatu, mereka dapat melawan keserakahan perusahaan dan memperjuangkan masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka," ujar Wakil Presiden Umum Residen IAM Jody Bennett.

Serikat pekerja IAM adalah salah satu serikat pekerja industri terbesar dan paling beragam di Amerika Utara. Serikat ini mewakili sekitar 600.000 anggota aktif dan pensiunan industri kedirgantaraan, pertahanan, penerbangan, perkeretaapian, transit, perawatan kesehatan, otomotif, dan industri lainnya di seluruh AS dan Kanada.

Boeing menyatakan kekecewaannya atas hasil pemungutan suara tersebut. Dan Gillian, selaku wakil presiden dan manajer umum Boeing Air Dominance, sekaligus eksekutif senior di fasilitas St. Louis, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Boeing "kecewa karena karyawan kami menolak tawaran yang menawarkan kenaikan upah rata-rata sebesar 40 persen dan menyelesaikan masalah utama mereka terkait jadwal kerja alternatif."

Boeing "siap menghadapi pemogokan dan telah sepenuhnya menerapkan rencana kontingensi kami untuk memastikan tenaga kerja kami yang tidak mogok dapat terus mendukung pelanggan kami," imbuh Gillian.

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.