Bandar Seri Begawan (ANTARA) - Banyak rumah tangga di Brunei Darussalam terus menyatakan keprihatinan tentang harga bahan makanan, bahkan ketika inflasi secara keseluruhan telah berkurang atau berbalik menjadi negatif, demikian menurut harian lokal Borneo Bulletin pada Selasa.
Data terbaru yang membandingkan harga rata-rata pada Juni 2025 dengan harga pada 2019 menunjukkan harga makanan meningkat secara signifikan di berbagai barang kebutuhan pokok, dengan beberapa di antaranya naik drastis termasuk daging sapi cincang beku, daging domba segar, cabai, tomat, dan minyak goreng seperti disampaikan Departemen Perencanaan Ekonomi dan Statistik (Department of Economic Planning and Statistics/DEPS) Brunei dikutip oleh surat kabar tersebut.
DEPS yang berada di bawah Kementerian Keuangan dan Ekonomi Brunei melaporkan dalam sebuah pernyataan bahwa kenaikan harga mencerminkan faktor-faktor global seperti gangguan rantai suplai, dampak terkait iklim, dan ketegangan geopolitik serta kondisi pasar lokal, termasuk biaya produksi dan skala produksi yang lebih kecil.
Menurut DEPS, Brunei mengelola tekanan-tekanan ini dengan lebih baik dibandingkan banyak negara regional karena kenaikan harga relatif moderat dan barang-barang kebutuhan pokok tetap terjangkau berkat intervensi tertarget pemerintah.
Brunei terletak di bagian utara pulau Kalimantan di Asia Tenggara dan merupakan negara dengan populasi terkecil di Asia.
Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.