
WARGA Desa Sungai Buntu, Karawang, Jawa Barat, yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mutiara Bahari mendapatkan penyuluhan dan pelatihan inovasi pakan lele berbasis limbah perikanan.
Dalam penyuluhan itu, mereka dilatih membuat pakan ikan lele (pelet), mengemas pelet agar mudah disimpan, memasarkan kepada masyarakat, dan memastikan pelet bisa dikonsumsi serta dikomersialisasikan.
"Inovasi pakan lele berbasis limbah perikanan ini bukan hanya menekan biaya produksi, tetapi juga mendorong desa lebih mandiri, kreatif, dan berkelanjutan. Harapannya Desa Sungai Buntu bisa jadi percontohan bagi desa lainnya dalam mengelola potensi lokal,” ujar Ketua Tim Pelaksana Penyuluhan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila (FEB UP) Laili Savitri Noor, Selasa (7/10).
Dia menjelaskan penyuluhan itu didasari adanya limbah ikan yang cukup mengganggu dan belum dimanfaatkan secara optimal di Desa Sungai Buntu. Dengan dukungan dana dari program Hibah Bima 2025 Kemendiktisainstek melalui Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat, Laili bersama timnya yakni dosen Tyahya Whisnu Hendratni dan Ati Hermawati, serta dua mahasiswa Darmanto dan Muhammad Agung Alamsyah, memberikan pelatihan sepanjang Agustus–September 2025.
"Program ini merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya pada 2024 yaitu penyuluhan dan pelatihan pembuatan produk olahan ikan berbasis social entreprises yang juga mendapat sambutan positif dari masyarakat setempat," terang Laili.
Laili melanjutkan tim FEB UP juga memberikan bantuan bahan baku serta peralatan produksi kepada 30 peserta KUB agar mereka dapat memproduksi pelet secara mandiri dengan biaya lebih efisien.
"Program ini bertujuan memberdayakan masyarakat dengan mentransformasi limbah perikanan menjadi pakan yang bernilai guna tinggi, mengurangi pencemaran lingkungan, dan membuka peluang usaha baru berbasis ekonomi kreatif. Kami berharap kegiatan ini mampu membawa manfaat nyata untuk masyarakat," terang Laili.
Ia menambahkan selain mendorong kemandirian petani, kegiatan ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), SDG 11 (pembangunan desa berkelanjutan), serta SDG 12 (konsumsi dan produksi bertanggung jawab).
"Inisiatif ini juga sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, yakni memperkuat kewirausahaan, industri kreatif, serta pembangunan desa berkelanjutan," pungkas Laili.
Salah satu perwakilan KUB Mutiara Bahari Maman mengapresiasi program ini karena selama ini biaya pakan menjadi kendala utama budidaya lele. "Dengan adanya pendampingan dan bantuan alat dari FEB UP melalui hibah Bima Kemendiktisainstek, kami menjadi lebih percaya diri untuk mandiri memproduksi pakan sendiri,” ungkapnya.
Dengan inovasi tersebut, Maman berharap Desa Sungai Buntu mampu jadi contoh desa mandiri, ramah lingkungan, sekaligus produktif.(H-2)