Jakarta (ANTARA) - Polisi menyebutkan akun kripto peneror bom kepada sekolah internasional North Jakarta Intercultural School (NJIS) Kelapa Gading yang meminta tebusan 30.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp450 juta, tidak ada di Indonesia.
"'Wallet address' (alamat dompet) yang dimaksud, tidak ditemukan atau tidak valid sehingga hasil tidak ditemukan atau tidak ada pada pertukaran kripto lokal (crypto exchange local) di Indonesia," kata Kapolsek Kelapa Gading, Jakarta Utara Kompol Seto Handoko Putra, di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan hasil ini didapatkan setelah dirinya berkoordinasi dengan Wakil Ketua Umum Asosiasi Aset Kripto Bidang Aset Kripto Mohammad Naufal Alvir.
"Kami masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelaku aksi teror ini," katanya.
Ia mengatakan hasil penyelidikan sementara pelaku yang mengirimkan pesan teror ini berinisial EM yang menggunakan nomor marketing melalui aplikasi Whatsapp.
Orang tidak dikenal ini meminta uang tebusan senilai 30.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp450 juta dalam bentuk bitcoin yang dikirim ke alamat dompet yang diberikan.
Pelaku memberikan ancaman jika tebusan tidak diberikan maka bom yang sudah dipasang di sekolah tersebut akan diledakkan dalam 45 menit.
Petugas langsung melakukan penyisian di sekolah NJIS Kelapa Gading dan hasilnya tidak ditemukan benda mencurigakan.
Baca juga: Polisi tak temukan bom di sekolah internasional Kelapa Gading
Baca juga: Peneror bom sekolah internasional di Tangerang minta tebusan uang
Baca juga: Dua sekolah Internasional di Tangerang terima ancaman bom
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.