
WARGA Israel memperingati dua tahun serangan besar yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, sebuah tragedi yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang lainnya disandera ke Gaza. Serangan itu disebut sebagai hari paling mematikan bagi orang Yahudi sejak Holocaust.
Sementara itu, perundingan antara Israel dan Hamas untuk mengakhiri perang di Gaza terus berlangsung di Mesir, di tengah situasi kemanusiaan yang memburuk di wilayah tersebut.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyampaikan bahwa meskipun rakyat Israel telah mengalami penderitaan luar biasa, mereka tetap menunjukkan ketahanan yang besar. "Musuh-musuh kita yang haus darah telah menghantam kita dengan keras, tetapi mereka tidak menghancurkan kita," kata Netanyahu dikutip BBC, Rabu (8/1).
Dia menegaskan tekad Israel untuk mencapai semua tujuan perang, termasuk memulangkan sandera, menyingkirkan rezim Hamas dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, lebih dari 67.000 orang tewas sejak Israel melancarkan serangan balasan dua tahun lalu. Data tersebut diakui kredibel oleh PBB dan berbagai badan internasional.
Seruan Guterres dan Upacara Peringatan
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres turut mengenang tragedi dua tahun lalu, menyebutnya sebagai hari kelam yang akan selamanya terpatri dalam ingatan. Dia juga mendesak semua pihak untuk mendukung rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump, yang disebutnya sebagai peluang bersejarah untuk mengakhiri konflik.
Pemerintah Israel menunda upacara resmi hingga 16 Oktober, setelah musim Hari Raya Yahudi berakhir. Namun, berbagai acara peringatan tetap digelar di seluruh negeri, termasuk di Tel Aviv, tempat keluarga korban mengadakan upacara yang disiarkan langsung di televisi nasional.
Sebelum upacara dimulai, warga di seluruh Israel mengheningkan cipta selama satu menit sebagai tanda penghormatan.
Perundingan di Sharm el-Sheikh
Di saat yang sama, tim negosiasi Israel dan Hamas kembali bertemu di resor Laut Merah Sharm el-Sheikh, Mesir, untuk membahas rancangan kesepakatan gencatan senjata.
Seorang pejabat Palestina mengatakan kepada BBC bahwa perundingan malam dimulai pukul 19.00 waktu Kairo, setelah sesi pagi berakhir tanpa hasil.
Perbedaan pandangan terutama muncul mengenai peta penarikan pasukan Israel dari Gaza dan jaminan yang diminta Hamas agar Israel tidak melanjutkan serangan setelah tahap pertama kesepakatan.
Negosiasi juga membahas lima isu utama, gencatan senjata permanen, pertukaran sandera, penarikan pasukan Israel, distribusi bantuan kemanusiaan dan tata kelola pascaperang. Negosiator AS Steve Witkoff dan Jared Kushner dijadwalkan tiba di Mesir pada Rabu untuk melanjutkan pembahasan.
Presiden Trump sebelumnya menyatakan optimisme bahwa kesepakatan tersebut akan berlangsung lama dan berkelanjutan.
Seruan untuk Pembebasan Sandera
Di Lapangan Hostages Tel Aviv, warga dan keluarga korban berkumpul menuntut pemulangan para sandera.
"Tak ada tempat yang terasa seperti rumah lagi, dan sampai semua sandera kembali, tak seorang pun dari kami akan merasa aman," sebut Hagar 29, yang saudaranya selamat dari serangan di festival musik Nova.
Sekitar 48 warga Israel dilaporkan masih ditahan di Gaza, dengan 20 orang diyakini masih hidup. Demonstran juga mendesak pemerintah agar melakukan kompromi demi keselamatan para sandera. Survei terbaru menunjukkan sekitar 70% warga Israel kini mendukung diakhirinya perang sebagai imbalan pembebasan sandera.
Gaza Memburuk
Sementara itu, serangan udara dan artileri Israel masih terdengar di sekitar Kota Gaza, terutama di wilayah Tal al-Hawa, Rimal, Nasr dan kamp pengungsi Shati.
"Ketika malam tiba, rasa takut pun datang," kata Emaan al-Wahidi, warga yang kehilangan putranya akibat serangan tahun lalu. "Saya dan anak-anak saya tidur bersama, berpelukan setiap malam, takut akan serangan berikutnya," ujarnya.
Rumah Sakit Al-Shifa melaporkan telah menerima enam jenazah pada Selasa sore, sementara Rumah Sakit Nasser di Khan Younis menerima dua jenazah lain.
UNICEF menggambarkan kondisi rumah sakit sangat memprihatinkan, di mana tiga bayi dan tiga ibu harus berbagi satu tempat tidur dan satu sumber oksigen. Kementerian Kesehatan Gaza menyebut 25 dari 38 rumah sakit kini tidak beroperasi, dan sisanya hanya berfungsi sebagian.
Militer Israel menyatakan satu roket diluncurkan dari Gaza utara ke wilayah Israel pada Selasa pagi, memicu sirene di Netiv HaAsara, meskipun tidak ada korban jiwa.
Sejak perang dimulai, wartawan internasional dilarang masuk ke Gaza secara independen, membuat sulit bagi media dunia untuk memverifikasi klaim dari kedua belah pihak. (BBC/I-3)