Liputan6.com, Jakarta Gelang magnetik kini banyak dipakai sebagai alternatif terapi untuk meredakan nyeri sendi dan otot, termasuk oleh penderita arthritis, nyeri tangan, dan kelelahan otot harian, meskipun efektivitasnya masih jadi perdebatan di dunia medis. Banyak iklan dan produk di pasaran mengklaim bahwa medan magnet yang dipancarkan oleh gelang ini mampu meningkatkan sirkulasi darah, meredakan peradangan, dan mempercepat penyembuhan nyeri. Klaim ini pun memancing rasa penasaran banyak orang, terutama karena gelang tersebut mudah digunakan, tanpa efek samping yang kentara, dan tersedia secara luas.
Namun, apakah benar secara medis bahwa magnet bisa mempengaruhi fungsi biologis tubuh manusia hingga mampu menyembuhkan keluhan sendi dan otot? Artikel ini akan mengulas secara kronologis dan menyeluruh bagaimana klaim gelang magnetik berkembang, apa hasil uji klinis yang sudah dilakukan, dan bagaimana respons dunia medis terhadap terapi ini. Tidak hanya dari sisi teori, penjelasan juga akan membedah potensi risiko, efek plasebo, serta alternatif pengobatan lain yang terbukti efektif.
Berikut selengkapnya:
1. Awal Mula Klaim: Magnetik dan Pengaruh terhadap Peredaran Darah
Konsep gelang magnetik berakar dari teori bahwa medan magnet dapat mempengaruhi aliran darah dan metabolisme tubuh manusia, sehingga membantu mengurangi nyeri otot dan sendi. Dikutip dari buku Terapi Magnet: Menggali Energi untuk Penyembuhan dan Kesehatan karya Tresno Saras (2023), gelang magnetik dirancang khusus untuk mendukung kesehatan dan meningkatkan aliran energi di dalam tubuh. Gelang ini bisa dipakai sepanjang hari dan memberikan manfaat terapi magnetik tanpa mengganggu aktivitas harian.
Magnet yang digunakan pada gelang-gelang konsumen memiliki daya yang sangat lemah dibandingkan alat-alat medis seperti MRI, sehingga pengaruhnya terhadap hemoglobin atau jaringan tubuh secara biologis sangat minim. Selain itu, medan magnet statis tidak terbukti mampu menembus jaringan tubuh hingga mempengaruhi proses penyembuhan internal seperti yang sering diklaim oleh produsen produk tersebut.
Meski demikian, narasi manfaat magnetik tetap populer dan berkembang menjadi berbagai variasi produk seperti gelang tembaga, gelang ionisasi, hingga chip terapi yang semuanya berbasis pada asumsi serupa, yakni bahwa medan magnet mampu menyelaraskan energi tubuh. Namun, pandangan ini belum diakui secara resmi oleh lembaga kesehatan internasional.
2. Uji Klinis Terhadap Arthritis: Hasil Percobaan Terukur
Beberapa uji klinis pernah dilakukan untuk mengukur efektivitas gelang magnetik terhadap rasa nyeri, terutama pada pasien dengan arthritis atau radang sendi. Dalam salah satu uji coba acak yang melibatkan ratusan pasien, ditemukan sedikit penurunan rasa nyeri pada pengguna gelang magnetik dibandingkan kelompok plasebo, namun perbedaannya sangat kecil dan tidak signifikan secara statistik.
Hasil studi menyatakan bahwa kemungkinan besar efek tersebut bukan berasal dari pengaruh medan magnetik, melainkan dari efek sugesti atau plasebo, yaitu keyakinan bahwa pengguna merasa lebih baik karena percaya bahwa produk tersebut efektif. Dalam konteks penelitian medis, efek seperti ini sering muncul jika peserta tidak mengetahui apakah mereka menggunakan produk aktif atau tiruan.
Selain itu, sejumlah review ilmiah terhadap studi-studi sejenis menunjukkan bahwa kebanyakan dari mereka memiliki keterbatasan seperti ukuran sampel kecil, tidak adanya metode blinding yang kuat, dan potensi bias. Kesimpulannya, belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa gelang magnetik efektif secara medis dalam mengatasi nyeri sendi atau arthritis.
3. Mitos Populer vs Placebo: Mengapa Banyak yang Merasa Manfaat
Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang solid, banyak pengguna melaporkan bahwa mereka merasa lebih nyaman atau nyerinya berkurang setelah memakai gelang magnetik. Fenomena ini sangat mungkin disebabkan oleh efek plasebo, yang terjadi saat seseorang mengalami perbaikan gejala hanya karena mereka percaya akan manfaat suatu produk atau terapi, meskipun produk tersebut tidak memiliki efek biologis nyata.
Efek plasebo merupakan bagian dari respon psikologis tubuh yang bisa terjadi dalam berbagai terapi, termasuk yang tidak berbasis ilmiah seperti terapi kristal, aroma terapi, atau bahkan pengobatan alternatif lain yang belum teruji klinis. Perasaan lebih baik yang dirasakan pengguna bukanlah bukti bahwa gelang tersebut bekerja secara medis, melainkan dampak sugesti dan kepercayaan personal.
Kondisi ini diperkuat oleh fakta bahwa sebagian besar klaim manfaat gelang magnetik hanya bersumber dari testimonial atau ulasan pribadi, bukan dari uji klinis berskala besar yang diakui oleh komunitas medis. Tanpa data yang valid, sulit memastikan bahwa kenyamanan yang dirasakan pengguna benar-benar berasal dari gelang magnetik itu sendiri.
Namun berdasarkan keyakinan Islam, dikutip dari buku Muamalah Syar'iyyiah Hidup Barokah karya Ardhito Bhinadi (2018), penggunaan gelang magnetik untuk urusan medis, dengan dukungan bukti ilmiah, pada dasarnya adalah halal. Namun bisa menjadi haram apabila penggunaannya dikaitkan dengan hal klenik yang bisa menjurus pada kesyirikan.