Liputan6.com, Jakarta - Menyusui menjadi pilihan yang cerdas bagi seorang ibu. Ini merupakan keputusan penting yang membawa manfaat luar biasa. Perayaan World Breastfeeding Week 2025 mengajak para ibu untuk meningkatkan informasi mereka terkait dampak apa saja yang dihasilkan dari menyusui.
Bukti ilmiah dari berbagai penjuru dunia menunjukkan bahwa menyusui memiliki efek yang besar dalam mencegah penyakit dan meningkatkan kesejahteraan hidup anak.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet pada 2016 mengungkap bahwa jika tingkat menyusui di dunia dapat ditingkatkan secara merata, maka hampir 823.000 nyawa anak balita dan 20.000 ibu dapat diselamatkan setiap tahun.
Manfaat menyusui ini tidak hanya berlaku di negara berkembang, tetapi juga sangat relevan di negara-negara maju. Di Inggris, peningkatan angka menyusui terbukti menghemat jutaan poundsterling dalam anggaran kesehatan negara.
Laporan dari Baby Friendly UK menunjukkan bahwa sertifikasi Baby Friendly Initiative tidak hanya meningkatkan kualitas layanan kesehatan, tetapi juga mulai memberikan penghematan biaya dalam tiga tahun pertama karena berkurangnya rawat inap dan konsultasi penyakit yang dapat dicegah dengan menyusui.
Meningkatkan Kesehatan Jangka Panjang
ASI bukan hanya makanan, tetapi juga perlindungan alami terhadap berbagai penyakit yang biasa membahayakan hidup anak-anak.
Dilansir dari UNICEF United Kingdom, bayi yang diberikan ASI selama enam bulan pertama memiliki risiko lebih rendah terhadap infeksi pernapasan, diare, diabetes tipe 2, obesitas, hingga Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS).
Penelitian dari The Lancet membuktikan bahwa peningkatan angka menyusui secara global bisa menyelamatkan lebih dari 800.000 nyawa anak setiap tahun. Yang menarik, manfaat ini berlaku baik di negara kaya maupun negara miskin.
Tidak peduli latar belakang sosial ekonomi, menyusui memberikan manfaat kesehatan yang sama besarnya. Bahkan, dalam kondisi kemiskinan sekalipun, ASI menjadi perlindungan yang adil dan setara.
Menurut James P. Grant dari UNICEF, menyusui mampu mengangkat seorang bayi dari kemiskinan dalam beberapa bulan pertama kehidupannya. Ini memberi mereka kesempatan hidup yang lebih adil dan sehat.
Melindungi Ibu dari Penyakit Fisik dan Mental
Aktivitas menyusui juga memberkan dampak yang besar bagi kesehatan ibu. Salah satu keuntungan paling terkenal adalah penurunan risiko kanker payudara dan ovarium, dua jenis kanker yang familiar di kalangan perempuan seluruh dunia.
Selain itu, ibu menyusui juga lebih terlindungi dari penyakit jantung yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada perempuan.
Menyusui juga berdampak pada kesehatan mental ibu. Hal ini disebabkan pembentukan ikatan emosional yang terjalin saat menyusui membantu ibu merasa lebih dekat dengan bayinya.
Manfaat lain dari menyusui yakni mengurangi risiko depresi pascamelahirkan dan memberikan rasa percaya diri dalam menjalani peran sebagai orang tua baru. Dukungan terhadap proses menyusui juga menjadi bentuk kepedulian terhadap kesejahteraan psikologis ibu.
Sayangnya, banyak negara masih belum memberikan dukungan memadai untuk hal ini baik melalui fasilitas kesehatan, edukasi, maupun kebijakan kerja yang ramah untuk ibu menyusui.
Mengurangi Pengeluaran Ekonomi Negara
Faktanya, manfaat menyusui tidak berhenti di ranah medis. Dampak yang dihasilkan bahkan terasa hingga ke sisi ekonomi.
Di Inggris, National Institute for Health and Care Excellence (NICE) menemukan bahwa fasilitas kesehatan yang mengikuti program Baby Friendly akan mulai menghemat biaya dalam tiga tahun. Ini disebabkan oleh menurunnya angka penyakit anak yang sering membutuhkan perawatan medis intensif.
Laporan Preventing Disease and Saving Resources dari Baby Friendly UK memperkirakan bahwa bahkan peningkatan kecil dalam angka menyusui bisa menghemat jutaan poundsterling per tahun.
Penghematan ini berasal dari berkurangnya rawat inap, kunjungan ke dokter, serta kebutuhan obat-obatan untuk penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan ASI.
Program Baby Friendly Initiative sendiri dirancang agar ramah secara finansial, dengan tahapan bertahap yang memungkinkan rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan merencanakan anggaran secara cermat.